Suara.com - Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan cakupan imunisasi rutin lengkap anak menjadi rendah. Untuk mengejar kekurangan cakupan tersebut pemerintah menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dalam rangka pekan imunisasi dunia.
Berdasarkan data rutin terbaru Kementerian Kesehatan RI yang dikuti dari situs resminya, cakupan imunisasi dasar lengkap telah menurun secara signifikan sejak awal pandemi Covid-19, dari 84,2% pada tahun 2020 menjadi 79,6% pada tahun 2021.
Hal ini menyebabkan sekitar 800 ribu anak di seluruh Indonesia berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, seperti difteri, tetanus, campak, rubella, dan polio.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro, menyampaikan bahwa imunisasi rutin lengkap penting bagi anak guna memberikan kekebalan spesifik terhadap penyakit berbahaya tertentu.
"Jika seseorang sampai terlindungi dari suatu penyakit, maka kemungkinan kena penyakit itu berkurang. Maka terciptalah tujuan akhir, yaitu pemberantasan penyakit itu," ujar dr. Reisa dalam webinar bertema "Selamatkan Keluarga, Lewati Pandemi dengan Imunisasi Lengkap", Senin (18/4/2022).
Menurut dr. Reisa, imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
"Jadi, tidak cukup hanya (imunisasi) dasar saja. Jadi tetap harus dilanjutkan supaya bisa mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal. Jadi memproteksi kita dengan optimal," katanya.
Menurutnya, seseorang harus diimunisasi karena imunisasi bertujuan melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap penyakit tertentu.
"Bahkan tujuannya untuk menghilangkan penyakit berbahaya di dunia. Seperti yang saat ini masih kita lakukan, yaitu imunisasi cacar," ujarnya.
Ia mengatakan peran imunisasi sangat penting dalam pencegahan berbagai "penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi" (PD3I), antara lain campak, difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan/whooping cough), polio, hepatitis B, meningitis dan pneumonia.
"Penyakit-penyakit berbahaya ini bisa menyebabkan terjadi kecacatan sampai kematian. Namun, dengan adanya imunisasi, kita bisa cegah terjadinya perburukan," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental