Suara.com - Kumpul bersama sanak saudara di kampung halaman merupakan agenda utama merayakan Hari Raya Idulfitri. Di momen bahagia tersebut, Satgas COVID-19 mengingatkan untuk terus melakukan protokol kesehatan.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat untuk senantiasa waspada dan disiplin menegakkan protokol kesehatan (Prokes) dalam setiap kesempatan, terutama saat merayakan Idul Fitri 1443 H. Pada masa ini, juga terjadi peningkatan mobilitas masyarakat yang mudik ke kampung halaman yang akan berdampak pada meningkatnya potensi penularan dari interaksi pemudik saat bersilaturahmi.
"Saya ingin kembali mengingatkan bahwa kita masih perlu untuk tetap waspada dengan senantiasa menegakkan disiplin protokol kesehatan dalam setiap aktivitas yang kita jalani," kata Prof Wiku dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19.
Sangat diharapkan dalam lebaran tahun ini, masyarakat seharusnya sudah belajar banyak dari pengalaman di tahun-tahun sebelumnya. Karena, kenaikan kasus kerap terjadi setelah periode libur panjang. Bahkan, akibatnya akan terjadinya gelombang kasus yang sejauh ini sudah terjadi sebanyak 3 kali di Indonesia. Dan semuanya terjadi paska periode libur panjang.
Setidaknya terdapat 3 hal yang menjadi dasar kehati-hatian yang harus dipahami masyarakat. Pertama, kegiatan silaturahmi saat Idul Fitri nanti, banyak melibatkan interaksi dengan kelompok rentan. Seperti kelompok lansia, anak-anak, dan penderita komorbid.
Kedua, risiko lebih besar untuk terpapar virus bagi masyarakat setelah perjalanan jauh, serta mengunjungi fasilitas umum dengan kepadatan tinggi. Ketiga, keberadaan kasus tanpa gejala akan menjadi sumber penularan.
Sementara, pada masa lebaran tahun ini, masyarakat memiliki tanggung jawab lebih dalam mencegah penularan. Apalagi, Pemerintah telah melakukan penyesuaian kebijakan tidak lagi membatasi mobilitas masyarakat. Sehingga potensi peningkatan mobilitas masyarakat diprediksi terjadi dalam jumlah yang besar.
Untuk itu, masyarakat juga diharapkan melihat lagi pada pengalaman dari 3 lonjakan kasus yang lalu. Bahkan, lonjakan kasus tetap terjadi meskipun telah diterapkan kebijakan pembatasan mobilitas selama periode libur panjang, termasuk Idul Fitri di tahun sebelumnya.
Lebih jelasnya, pada gelombang pertama paska periode Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. Kasus positif melonjak hingga 3 kali lipat dengan puncaknya 14.500 kasus per hari. Diikuti lonjakan kematian berkisar 500 kasus per hari. Pada gelombang kedua, paska periode Idul Fitri pada Mei 2021, dan di tengah adanya varian Delta.
Baca Juga: Warga yang Manipulasi Data Vaksin Demi Mudik Gampang Ketahuan, Wagub DKI Ingatkan Sanksi
Kasus positif melonjak sangat tajam hingga pada 15 Juli 2021, kasus harian mencapai titik puncaknya hingga 57 ribu kasus per hari. Kenaikan kasus kematian juga mengikuti dengan kenaikan tertinggi mencapai lebih dari 2 ribu kasus per hari. "Baik angka kasus positif dan kematian di masa gelombang kedua ini, mencapai 4 kali lipat lebih tinggi dibanding puncak gelombang pertama," tegas Wiku.
Sementara, gelombang ketiga terjadi pasca periode Natal dan Tahun Baru 2022, di tengah adanya varian Omicron. Penambahan kasus positif mencapai puncaknya pada 16 Februari 2022 dengan 65 ribu kasus per hari. Bahkan angka ini melebihi rekor pada puncak gelombang dua.
Yang sangat disayangkan, sebelumnya selama 4 bulan berturut-turut kasus terus melandai hingga titik terendah. Hanya saja, dibandingkan gelombang 1 dan 2, angka kematian tidak melonjak sebesar kedua gelombang sebelumnya.
Melihat pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, faktanya bahwa kasus masih bisa melonjak meskipun telah melandai cukup lama. Bahkan adanya penyesuaian kebijakan yang berbeda di tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari pengalaman ini juga, harus masyarakat dan berbagai pihak lainnya harus senantiasa berupaya agar kasus yang sudah berhasil ditekan saat ini, tidak naik lagi bahkan hingga memicu gelombang baru.
Masyarakat diharapkan tidak lupa bahwa saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19. Tentunya, meningkatkan kewaspadaan dengan lebih berhati-hati dan jangan sampai merasa terlampau aman. Sehingga masyarakat malah melakukan hal-hal berisiko yang dapat menyebabkan lonjakan kasus.
Masyarakat diharapkan tetap bertanggung jawab dan disiplin memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan, menjadi kunci utama agar virus tidak meluas saat masa lebaran tahun ini.
Berita Terkait
-
Lebaran 2026 Jatuh pada Tanggal Berapa? Cek Jadwalnya Sesuai SKB 3 Menteri
-
Tanggal Cuti Bersama Lebaran 2026, Lengkap dengan Daftar Libur Nasional
-
Kapan Awal Puasa Ramadan dan Idul Fitri 2026? Simak Jadwalnya
-
Di Luar Ekspektasi, Pertumbuhan Ekonomi RI Pada Kuartal II 2025 Tembus 5,12 Persen
-
Pemain Keturunan Indonesia Bongkar Kondisi Tinggal di Kampung Halaman Jokowi
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru