Suara.com - Sebuah studi baru yang diterbitkan di JAMA Network Open, orang yang sudah vaksin Covid-19 dan didiagnosis memiliki gangguan jiwa berisiko terinfeksi virus corona.
Peneliti UC San Francisco bekerja dengan peneliti dari San Francisco VA Health Care System dan melihat data dari 263.697 pasien yang telah vaksin Covid-19 dan setidaknya satu kali tes Covid-19.
Para peneliti mengatakan lebih dari dari setengah atau 51,4 persen peserta penelitian ini setidaknya pernah sekali didiagnosis menderita masalah kesehatan mental dalam 5 tahun terakhir. Lalu, hampir 15 persen pernah dinyatakan positif virus corona Covid-19 setelah vaksinasi.
Secara keseluruhan, para peneliti menemukan peserta dengan gangguan kejiwaan memiliki risiko 3 persen mengalami infeksi terobosan alias terinfeksi virus corona meski sudah vaksiansi.
Para peneliti mengatakan risikonya lebih tinggi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun. Menurut rilis, mereka yang berada dalam kelompok usia 65 tahun ke atas yang menyalahgunakan zat juga berisiko mengalami infeksi terobosan sebesar 24 persen.
Lalu, mereka yang memiliki gangguan psikotik juga 23 persen berisiko lebih tinggi mengalami infeksi terobosan.
Laporan tersebut menemukan mereka dengan gangguan bipolar 16 persen lebih mungkin mengalami infeksi terobosan dan mereka dengan gangguan penyesuaian memiliki risiko 14 persen.
Orang dengan kecemasan berisiko 12 persen lebih tinggi mengalami infeksi terobosan, dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi kejiwaan.
“Temuan kami menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan mungkin merupakan kelompok berisiko tinggi untuk terinfeksi virus corona," kata para peneliti dikutip dari Fox News.
Baca Juga: Berhasil Kembangkan Vaksin Covid-19, Moderna Sedang Bikin 2 Vaksin Baru untuk Flu Musiman
Karena itu, kelompok ini harus diprioritaskan untuk mendapatkan suntikan booster dan upaya pencegahan kritis lainnya, termasuk peningkatan skrining SARS-CoV-2, kampanye kesehatan masyarakat, atau Diskusi COVID-19 selama perawatan klinis.
Kristen Nishimi , PhD, dari UCSF Weill Institute for Neurosciences dan San Francisco VA Health Care System, menjelaskan infeksi terobosan ini sangat berisiko bagi orang yang lebih tua, karena penurunan respons imunologis terhadap vaksin sekaligus beberapa gangguan kejiwaan yang diderita.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
Terkini
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal