Suara.com - Para peneliti telah mengaitkan hubungan antara golongan darah dengan beberapa parameter penyakit dan penuaan.
Mereka mengkategorikan setiap golongan darah dengan seberapa besar risikonya terkena penyakit jantung.
Mereka mengelompokkan golongan darah manusia dalam sistem ABO. Sistem ini mengkategorikan darah berdasarkan ada tidaknya antigen A dan B dalam darah.
Berdasarkan sistem ini, orang akan dikelompokkan sesuai golongan darahnya, baik A, B, O atau AB.
Faktor positif dan negatif dalam golongan darah berasal dari ada tidaknya protein dalam sel darah merah. Jika darah Anda memiliki protein maka Anda Rh positif, jika tidak ada maka Rh negatif.
Berdasarkan studi studi penelitian tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal American Heart Association, orang dengan dengan golongan darah A dan B berisiko lebih tinggi terkena penyakit tromboemboli.
Tetapi, risiko mereka terkena hipertensi lebih rendah dibandingkan orang golongan darah O.
"Individu dengan golongan darah A berisiko lebih tinggi terkena hiperlipidemia, aterosklerosis, dan gagal jantung dibandingkan dengan golongan darah O," kata studi dikutip dari Times of India.
Sedangkan, orang dengan golongan darah B berisiko lebih tinggi mengalami infark miokard dibandingkan dengan individu dengan golongan darah O.
Baca Juga: Kemenkes Jangan Lagi Cari-cari Alasan, Segera Laksanakan Putusan MA soal Vaksin Halal
Golongan darah A dikaitkan dengan risiko gagal jantung, aterosklerosis, hiperlipidemia, atopi yang lebih tinggi, serta risiko sleep apnea.
Selain peningkatan risiko penyakit tromboemboli dan hipertensi, golongan darah B dikaitkan dengan peningkatan risiko infark miokard dibandingkan dengan golongan darah O.
Karena perbedaan jumlah faktor non-Willebrand, protein pembekuan darah yang memainkan peran utama dalam kejadian trombotik.
Golongan darah non-O lebih mungkin mengembangkan pembekuan darah daripada individu golongan darah O karena konsentrasi faktor non-Willebrand yang lebih besar.
Hubungan antara golongan darah ABO dengan penyakit tromboemboli dan risiko perdarahan mungkin disebabkan oleh aktivitas glikosiltransferase.
Selain itu, ini juga dilihat dari kadar plasma dan aktivitas biologis VWF (faktor von Willebrand), dan protein pembawa faktor koagulasi VIII yang berkurang pada individu kelompok O.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental