Faktor lain bisa jadi adalah kebijakan China tentang pengujian massal yang agresif, yang dapat mengungkap lebih banyak infeksi daripada negara-negara seperti India yang menghadapi kekurangan pengujian.
"Kemungkinan Anda menemukan kasus positif tetapi tanpa gejala dan ringan sangat tinggi," secara statistik menekan angka kematian secara keseluruhan, Leong Hoe Nam, seorang spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena Singapura, mengatakan kepada AFP.
Namun demikian, "selalu ada jeda antara kasus yang diidentifikasi dan dilaporkan, dan orang yang sakit dan meninggal akibat infeksi ini," tambah Baker.
Kematian akibat wabah Wuhan pada awal pandemi kemudian direvisi naik hingga 50 persen oleh otoritas China.
Prabhat Jha, seorang profesor epidemiologi di University of Toronto, mengatakan korban keseluruhan dari wabah saat ini bisa menjadi "jumlah yang sangat besar" karena banyaknya jumlah lansia yang kurang divaksinasi, dan vaksin dengan tingkat kemanjuran yang lebih rendah.
Ahli epidemiologi terkemuka China Wu Zunyou telah mengaitkan tingkat kematian yang rendah di negara itu dengan strategi deteksi dini melalui pengujian massal.
"Menjaga skala wabah seminimal mungkin akan sepenuhnya menghindari kematian yang disebabkan oleh tekanan pada sumber daya medis," kata Wu.
Beijing juga memanfaatkan angka kematian yang rendah sebagai dukungan atas kebijakan ketat Covid-nya, mengklaim telah menempatkan kehidupan manusia di atas kebebasan, tidak seperti negara demokrasi Barat yang telah menderita korban lebih banyak.
Mai He, seorang ahli patologi di Universitas Washington, mengatakan data itu "sangat terpengaruh secara politis".
Baca Juga: Tak Mudik ke Solo, Presiden Jokowi Pilih Salat Idul Fitri di Yogyakarta
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025