Suara.com - Jelang lebaran Idul Fitri Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menemukan minuman makanan kedaluwarsa dan rusak di pasaran.
Pangan olahan tidak memenuhi ketentuan (TMK) ini ditemukan di 601 dari 1.899 atau 31,65 persen dari total sarana penjualan di seluruh Indonesia yang dilakukan pengawasan.
Sarana penjualan yang kedapatan menjual makanan minuman rusak dan kedaluwarsa ini terdiri dari 576 sarana ritel, 22 distributor, 2 gudang e-commerce, dan 1 importir
Dari 601 sarana penjualan yang ditemukan, didapatkan 2.594 produk atau 41.709 buah makanan minuman yang rusak dan kedaluwarsa, dengan total nilai ekonomi mencapai Rp 470 juta.
Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan bahwa produk pangan kedaluwarsa terbesar jadi yang paling mendominasi yakni 57,16 persen, yang ditemukan di wilayah kerja UPT di Manokwari, Kepulauan Tanimbar, Ambon, Manado, dan Rejang Lebong.
Lima jenis pangan tanpa izin edar terbanyak yang ditemukan adalah bahan tambahan pangan, bumbu siap pakai, makanan ringan ekstrudat, minuman berperasa, dan minuman serbuk kopi.
Sementara lima jenis temuan pangan kedaluwarsa terbanyak adalah bumbu siap pakai, minuman serbuk kopi, minuman serbuk berperasa, biskuit, dan produk roti.
Sedangkan untuk pangan rusak yang paling banyak ditemukan adalah Susu Kental Manis (SKM), saus, ikan dalam kaleng, susu ultra high temperature (UHT)/susu steril, dan biskuit.
"BPOM masih menemukan produk pangan olahan terkemas yang TMK di sarana peredaran. Masih ditemukan pula pangan jajanan berbuka puasa yang mengandung bahan yang dilarang digunakan pada pangan”, ungkap Penny saat konferensi pers, Selasa (26/4/2022).
Baca Juga: Viral Angpau Lebaran Mirip Uang Lima Puluh Ribu, Ternyata Cuma Amplop
Kabar baiknya, kata Penny, temuan produk pangan kedaluwarsa dan rusak ini mengalami penurunan 8,63 persen dari tahun sebelumnya. Dimana 40,28 persen temuan produk TMK dari total produk yang diawasi di tahun 2021, menurun menjadi menjadi 31,65 persen pada tahun 2022.
Dari sebelumnya 2021 ditemukan 125.231 buah produk, menjadi 41.709 buah pada 2022.
"Penurunan tersebut tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan oleh Badan POM bersama lintas sektor terkait, melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), Program Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), Program Pasar Aman Berbasis Komunitas, serta pendampingan kepada pelaku usaha di sarana produksi dan peredaran," tutup Penny.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik