Suara.com - Menjaga kebersihan tangan jadi salah satu upaya pencegahan penyakit, termasuk hepatitis akut yang saat ini ditetapkan sebagai kasus KLB oleh WHO.
Selain menggunakan sabun dan air mengalir, kebanyakan orang juga kerap membersihkan tangan meggunakan handsanitizer, karena dianggap lebih praktis.
Namun dalam upaya pencegahan hepatitis akut, dokter menyarankan masyarakat untuk lebih sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Kepala komite pencegahan dan pengendalian infeksi RSPI Sulianti Saroso dr. Titi Sundari SP.P(K) menjelaskan bagaimana bahan dasar handsanitizer adalah alkohol.
Tetapi, tingkat kandungan alkohol pada produk handsanitizer sangat bervariasi, ada yang di bawah 60 persen hingga lebih dari 70 persen.
Perbedaan kandungan alkohol itu yang dinilai kurang efektif untuk membersihkan tangan dari patogen penyebab penyakit.
"Pada kasus hepatitis akut yang sekarang ini dicurigai penyebab salah satunya adalah adenovirus. Dari penelitian, alkohol 70 persen ternyata tidak cukup efektif untuk membunuh kuman tersebut," tutur dokter Titi dalam siaran langsung Radio Kesehatan, Rabu (11/5/2022).
Alkohol pada handsanitizer memang berperan sebagai antiseptik. Dokter Titi menjelaskan bahwa efek alkohol bisa membunuh 90 persen antibakteri, antivirus, juga antijamur.
Namun, pada kasus hepatitis akut berat, para ilmuwan baru menduga penyebab utama infeksi itu karena adenovirus tipe 41. Oleh sebab itu, pencegahan ekstra lebih baik dilakukan dengan menjaga kebersihan tangan pakai sabun dan air mengalir.
Baca Juga: Dokter Abal-abal Pasang Alat Kontrasepsi dari Stik Permen Lolipop dan Berita Hits Kesehatan Lainnya
"Pedoman dari WHO pun disampaikan bahwa yang dilakukan adalah mencuci tangan dengan air dan sabun. Jadi pada kasus hepatitis akut ini yang dianjurkan adalah mencuci tangan dengan air dan sabun," ujarnya.
Kalaupun sulit mendapatkan air mengalir, misalnya saat sedang dalam perjalanan, dokter Titi menyarankan untuk memilih handsanitizer dengan konsentrasi alkohol lebih tinggi.
"Karena ada juga yang 60 persen bahkan kurang dari itu. Pilih konsentrasi yang lebih tinggi, 70 persen atau 80 persen," sarannya.
Ia juga mengingatkan kalau mencuci tangan perlu dilakukan setiap kali tangan terasa kotor ataupun baru saja beraktivitas, seperti berkebun, berkemah, membersihkan permukaan, juga selesai buang air kecil maupun buang air besar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
-
Dana Korupsi Rp13 T Dialokasikan untuk Beasiswa, Purbaya: Disalurkan Tahun Depan
-
Kebijakan Sri Mulyani Kandas di Tangan Purbaya: Pajak Pedagang Online Ditunda
Terkini
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?
-
Manfaat Jeda Sejenak, Ketenangan yang Menyelamatkan di Tengah Hiruk Pikuk Kota
-
WHO Apresiasi Kemajuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Herbal Modern