Suara.com - Dokter spesialis jantung mengingatkan risiko gangguan irama jantung atau aritmia pada perempuan hamil.
Dijelaskan Dokter Yansen., Sp.JP (K), FIHA, bahwa saat hamil, perempuan mengalami perubahan fisiologi kardiovaskular yang menyebabkan volume plasma darah meningkat hingga 40 persen di usia kehamilan 24 minggu.
Ditambah, akibat peningkatan aktivitas otonom dan saraf simpatis, denyut jantung akan meningkat sebanyak 30 persen.
"Pasien aritmia pada perempuan hamil kadang mengalami beberapa keluhan, seperti berdebar akibat denyut jantung tambahan atau denyut jantung yang tinggi, pandangan gelap, pingsan, hingga membutuhkan evaluasi lebih lanjut,” ujar Dokter Yansen, melalui keterangannya yang diterima suara.com, Rabu (11/5/2022).
Aritmia adalah penyakit gangguan irama jantung dimana denyut jantung berdetak terlalu pelan, terlalu cepat, bahkan tidak teratur. Aritmia dapat diderita semua umur bayi, anak, lansia maupun ibu hamil.
Dokter Yansen pun menyarankan agar perempuan hamil menjalani pemeriksaan aritmia yang meliputi periksa rekam jantung atau EKG, pemeriksaan darah rutin, Holter monitoring atau pemeriksaan untuk memantau dan merekam aktivitas listrik jantung selama 24 jam atau lebih, serta ekokardiografi.
“Penting dalam pemeriksaan ini untuk menyingkirkan kondisi sistemik lainnya seperti anemia, hipertiroid, dan infeksi. Pemeriksaan ekokardiografi untuk menyingkirkan adanya kelainan struktur jantung,” ungkapnya.
Meski aritmia para perempuan hamil umumnya sebagai kelainan ringan, tapi perlu ditangani dan terapinya bisa mengancam keselamatan ibu dan janin.
“Terapi aritmia pada pasien perempuan hamil perlu dipertimbangkan secara seksama, apakah akan mempengaruhi keselamatan janin? Sebagian obat anti aritmia dapat melewati plasenta dan bisa berbahaya untuk janin," papar dokter yang berpraktik di RS Eka Hospital BSD itu.
Baca Juga: Bisa Cegah Rasa Mual, Ini 5 Khasiat Konsumsi Semangka Kuning bagi Ibu Hamil
Sementara itu, aritmia dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak berbahaya, tapi jika tidak dikontrol bisa berakibat fatal karena menyebabkan kematian mendadak akibat serangan jantung.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah