Suara.com - Penyakit hepatitis akut misterius menyerang organ hati. Apakah bisa pasien bisa mendapatkan transplantasi hati?
Dijelaskan Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, dr. Mohammad Syahril, pasien hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau "acute hepatitis unknown etiology" terbuka kemungkinan mendapatkan terapi transplantasi hati.
"Ada kemungkinan kelak pasien hepatitis akut juga akan mendapatkan terapi transplantasi hati," ujarnya dikutip dari ANTARA.
Ia mengatakan, di Indonesia sudah dilakukan transplatansi hati untuk kasus-kasus hepatitis dan kasus-kasus lainnya.
Oleh karena itu, Syahril meminta masyarakat untuk waspada dan segera membawa anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala hepatitis akut seperti demam, mual, muntah, hilang nafsu makan, diare akut, lemas lesu.
Selain itu, nyeri bagian perut, kembung perut, nyeri otot dan sendi, kuning di mata, urine seperti warna teh, serta perubahan pada warna feses.
"Dengan mengenali kasus lebih awal kita bisa lebih 'care' ke anak, jangan sampai lebih berat. Bisa konsultasi ke dokter," katanya.
Di samping itu, lanjut dia, masyarakat juga diminta untuk rajin cuci tangan, memastikan makanan dan minuman dimasak hingga matang dan higienis.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus hepatitis akut pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April, jumlah laporan terus bertambah, tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
Kisaran kasus terjadi pada anak usia satu bulan sampai dengan 16 tahun.
Baca Juga: DKI Jakarta Laporkan Kasus Hepatitis Akut Terbanyak di Indonesia, Kemenkes: Paling Baik Deteksinya
"Sebanyak 17 anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati, dan satu kasus dilaporkan meninggal," katanya.
Berita Terkait
-
Sulit Percaya, Ini Ungkapan Hati Tasya Farasya Sebelum Sidang Cerai Perdana
-
Kenali Friendship Heartbreak dan Cara Bangkit saat Patah Hati Sama Bestie
-
Mengenal Sindrom Patah Hati, Begini Cara Pemulihannya
-
Lebih dari Sekadar Demo: Aksi Ibu-Ibu Ini Buktikan Aspirasi Bisa Disampaikan Tanpa Anarki!
-
Peringatan Boy Candra: Bersuara Itu Panggilan Nurani, Bukan Transaksi
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!