Suara.com - Beberapa orang berpotensi mengalami buta warna. Bamuta warna sendiri dibagi menjadi dua jenis, yakni buta warna total dan buta warna parsial yang cenderung lebih umum dialami seseorang. Lalu apakah buta warna parsia bisa sembuh?
Sebelumnya, ketahui dulu penjelasan mengenai buta warna parsial. Berbeda dengan buta warna total yang tidak bisa membedakan warna sama sekali, penderita buta warna parsial hanya tidak dapat membedakan warna-warna tertentu saja. Dalam kehiduapan sehari-harinya, mereka dapat melatih diri dan beradaptasi sehingga dapat menjalani aktivitas hariannya dengan normal.
Terdapat beberapa jenis tes yang dapat dilakukan seseorang untuk mengetahui apakah dirinya mengidap penyakit buta warna atau tidak. Karena penting untuk mengetahuinya, agar tidak menghambat dalam menjalani aktivitasnya. Lantas, apakah buta warna parsial bisa sembuh?
Buta Warna parsial adalah keterbatasan kemampuan dalam membedakan warna. Misalnya merah-hijau atau biru-kuning. Keterbatasan dalam membedakan warna ini jarang terjadi pada kebanyakan orang sehingga perlu adanya pengecekan secara mendis oleh dokter.
Menurut data buta warna parsial lebih banyak dialami oleh pria ketimbang wanita. 1 dari 12 pria dapat mengalami buta warna sedangkan 1 dari 200 wanita yang dapat mengalami buta warna.
Seseorang yang menderita buta warna parsial kemungkinan besar dirinya mengalami kekurangan pigmen warna dalam mata. Hal itulah yang kemudian membuat mata tidak dapat menangkap warna.
Jika pernah melihat gambaran bagian-bagian mata, di dalam mata terdapat fotoreseptor yang berbentuk kerucut. Dalam kerucut itulah berisikan pigmen-pigmen peka cahaya guna mengenali warna.
Baca Juga: Viral Calon Bintara Polri Gagal Pendidikan akibat Buta Warna Parsial, Kenali 6 Jenisnya!
Masing-masing dari kerucut itu memiliki kepekaan terhadap cahaya merah, hijau, atau biru. Selain itu, kerucut tersebut dapat mengenali warna dengan cara menangkap gelombang panjang yang masuk ke dalam mata.
Pada kebanyakan orang yang mengalami buta warna parsial, mereka akan lebih sukit membedakan warna merah-hijau dibandingkan biru-kuning. Di sisi lain, penderita buta warna parsial biru-kuning jarang ditemukan. Jika ada yang mengalaminya maka dapat dipastikan akan lebih parah dari buta warna parsial merah-hijau.
Selain itu, efek samping dari obat dan paparan bahan kimia berbahaya seperti karbon disulfida dan stirena juga dapat mendorong mata kekurangan penglihatan warna.
Jenis Buta Warna Parsial
Jenis buta warna paling umum yaitu trikromasi anomali atau merah-hijau. Buta warna merah-hijau terbagi menjadi empat jenis, antara lain yaitu:
- Protanopia (red-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut merah pada matanya. Hal ini membuat seseorang susah dalam membedakan warna merah.
- Protanomali (merah-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut merah di mata, tetapi hanya dapat melihat beberapa jenis warna merah tertentu saja.
- Deuteranopia (green-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut hijau di matanya. Hal ini membuat seseorang susah dalam membedakan warna hijau dengan warna lainnya.
- Deuteranomali (hijau-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut hijau, tetapi hanya dapat melihat beberapa nuansa atau warna hijau tertentu saja.
Sementara, jenis buta warna biru-kuning terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Berita Terkait
-
Disebut Menghafal sehingga Lolos Tes Buta Warna, Fahri Bantah Polisi: Enggak Mungkin Saya Menghafal Buku Setebal Itu
-
Fahri Fadilah Gagal Jadi Bintara Karena Buta Warna Parsial, Ini 3 Tes Buta Warna yang Sering Digunakan
-
Buta Warna Parsial Bisa Sembuh atau Tidak? Ini Penjelasan Lengkapnya!
-
Apa Itu Buta Warna Parsial? Kondisi yang Diduga Membuat Fahri Gagal Jadi Bintara Polri
-
Penyebab Buta Warna Parsial yang Buat Fahri Gagal 3 Kali Jadi Bintara Polri
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?