Suara.com - Pria memproduksi sperma setiap harinya, tetapi jumlah dan kualitasnya akan menurun seiring bertambahnya usia.
Menurut sudung pandang biologis, Profesor Suks Minhas mengatakan waktu yang tepat bagi seorang pria berencana memiliki keturunan adalah dari akhir usia 20-an hingga awal 30-an.
Hal ini mungkin mengejutkan bagi beberapa orang, meskipun banyak pula pria yang tetap bisa memiliki keturunan dan menjadi ayah di setelah usia 50 tahun.
Tapi, usia pria bisa emengaruhi peluang pasangan untuk hamil. Dalam hal ini, seorang wanita dengan pasangan pria yang berusia di atas 40 tahun memiliki peluang hamil yang lebih rendah.
Profesor Minhas mencontohkan seorang pria usia 45 tahun, yang 12,5 kali lebih mungkin membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk bisa menghamili pasangan.
Sementara itu, dokter menyarankan pasangan yang belum berhasil hamil dalam waktu setahun bisa memeriksakan kesuburannya.
"Dokter mungkin akan membantu analisis air mani. Di sinilah sampel air mani dianalisis untuk memeriksa kualitas dan kuantitas sperma," kata Profesor Minhas dikutip dari Express.
Setelah ini, Anda mungkin dirujuk ke spesialis pria dengan tes kesuburan tambahan. Tes kesuburan tambahan ini termasuk USG skrotum, tes hormon dan tes fungsi sperma khusus.
Tingkat kesuburan pria biasanya menurun sejak usia 40 tahun. Tapi, belum ada penelitian yang berkembang mengenai efek penuaan pada kesuburan pria.
Baca Juga: Waspada, Virus Corona Covid-19 Bisa Berdampak Buruk pada 5 Organ Tubuh Ini!
"Penelitian telah menunjukkan bahwa volume dan kualitas air mani cenderung menurun seiring bertambahnya usia pria, terutama dari usia 40 tahun ke atas," kata Profesor Minhas.
Pria biasanya tidak pernah berhenti memproduksi sperma. Namun, bukan berarti pria tidak memiliki masa subur atau jam biologi seperti wanita.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pria usia lanjut lebih mungkin untuk memiliki anak dengan gangguan perkembangan saraf.
"Semakin tua seorang pria, semakin tinggi kemungkinan DNA spermanya rusak yang menyebabkan mutasi genetik dan cacat lahir pada anak," jelasnya.
Selain usia, ada banyak faktor gaya hidup yang dapat merusak kualitas sperma. Contohnya, pola makan yang buruk, merokok dan merokok vape, minum alkohol, menggunakan narkoba, dan obesitas.
"Merokok baik rokok maupun vape telah dikaitkan dengan penurunan kualitas sperma, tetapi juga jumlah dan motilitasnya," kata Profesor Minhas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
- Diundang Dolce & Gabbana, Penampilan Anggun Mayang Banjir Pujian: Netizen Bandingkan dengan Fuji
Pilihan
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
Terkini
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!