Suara.com - Tidak hanya Covid-19, penyakit menular berbahaya lainnya terus mengancam anak-anak Indonesia, terlebih selama pandemi cakupan imunisasi anak mengalami penurunan.
Padahal imunisasi anak merupakan upaya perlindungan terhadap penyakit menular seperti campak, rubela, difteri, polio (lumpuh layuh), pneumonia (radang paru), diare, tetanus bayi, dan lain-lain yang bisa menimbulkan risiko kecacatan hingga kematian apabila tidak ditangani.
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K)., MSi mengatakan, setiap tahun di Indonesia selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) campak, rubella, dan difteri dengan catatan korban kematian dan kecacatan pada bayi dan balita yang tinggi.
Sayangnya kondisi tersebut tidak diimbangi dengan cakupan imunisasi bagi anak-anak di masa pandemi Covid-19 sejak 2020 hingga saat ini yang terhitung menurun sehingga perlindungan juga turun di kelompok umur anak-anak.
Padahal, pencegahan terbaik dari tertular dan risiko penyakit menular tersebut adalah melalui cakupan imunisasi yang tinggi.
Mengutip data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait peningkatan kasus penyakit menular di 2021 antara lain, kata Prof. Soedjatmiko, kasus campak meningkat di 71 Kab/Kota di 25 provinsi. Kasus rubela di tahun yang sama meningkat 84 Kab/Kota di 25 provinsi.
Sementara untuk kasus difteri, lanjut dia, meningkat di 96 Kab/Kota di 23 provinsi. Ini karena cakupan imunisasi campak rubella di 2020-2021 menurun sekitar 81-86% pada bayi, lalu anak usia kurang dari 2 tahun cakupan imunisasinya turun sekitar 65-67%, dan murid SD kelas 1 di hampir semua provinsi berada di bawah target perlindungan cakupan imunisasi.
“Kasus positif campak anak umur 0–15 tahun di Indonesia pada 2020 sebanyak 80%, dan 2021 sebanyak 74%. Sementara itu kasus positif rubela di Indonesia untuk anak usia 0-15 tahun di 2020 sebanyak 80%, sedangkan di 2021 sebanyak 84%," rinci Prof Soedjatmiko yang juga anggota Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) ini.
Hal tersebut menjadi dasar pertimbangan Kemenkes memberikan tambahan imunisasi campak rubela mulai umur 9 bulan sampai 15 tahun, tergantung cakupan imunisasi campak rubella di setiap provinsi.
Baca Juga: Tingkatkan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak, Ini Tiga Strategi Pemerintah
Lebih lanjut lagi, data yang disampaikan pakar kesehatan yang akrab disapa Prof. Miko untuk cakupan imunisasi difteri di 2020-2021 juga turut menurun.
Imunisasi DPT4 pada bayi hanya memiliki cakupan sekitar 68-51%, imunisasi Difteri Tetanus (DT) untuk kelas 1 SD, Tetanus Diphteria (Td) untuk kelas 2 SD dan kelas 5 SD
di hampir semua provinsi di Indonesia dibawah target cakupan perlindungan yang ditetapkan WHO.
Cakupan vaksinasi polio oral untuk mencegah polio serotipe 1 dan 3 menurun pada periode 2020-2021 dengan cakupan sekitar 86-70%.
Begitu juga dengan vaksin polio suntik untuk mencegah polio serotipe 1, 2, 3 menurun drastis 37-58%, sehingga perlindungan terhadap polio serotipe 2 sangat rendah di Indonesia.
Untuk mencegah bahaya campak, rubella, difteri, dan polio inilah pemerintah dalam hal ini Kemenkes menggelar Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).
Tujuannya memberikan imunisasi tambahan campak rubela sebanyak satu dosis tanpa memandang status imunisasi campak rubela sebelumnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek