Suara.com - Bila Anda sering merasa pusing ketika berdiri, itu mungkin Anda menderita hipotensi ortostatik.
Hipotensi adalah tekanan darah rendah yang terjadi ketika tekanan darah turun di bawah tingkat normal.
Sedangkan, hipotensi orthostatik ini mengacu pada penurunan tekanan darah yang terjadi ketika seseorang berdiri.
Orthostatik berarti postur tubuh yang tegak dan hipotensi mendefinisikan tekanan darah rendah. Hal ini juga dikenal sebagai hipotensi postural.
Saat seseorang berdiri dari posisi duduk atau berbaring, tubuh mencoba menyesuaikan diri dengan posisi baru.
Penting bagi tubuh pada saat itu untuk mendorong darah ke atas dan memberikan oksigen ke otak. Dalam kasus ketika tubuh gagal melakukannya, tekanan darah turun sehingga seseorang bisa menjadi pusing atau bahkan pingsan.
Cara Mendiagnosis Hipotensi Orthostatik
- Berbaring selama 10-15 menit
- Lakukan pembacaan tekanan darah dan denyut nadi
- Berdiri setelah berbaring untuk waktu yang ditentukan
- Ukur tekanan darah dan denyut nadi lagi secara instan dan setelah 2-4 menit
Gejala Hipotensi Orthostatik
Tekanan darah sehat yang ideal adalah antara 90/60mmHg dan 120/80mmHg. Angka di bawah 90/60mmHg diketahui sebagai tekanan darah rendah.
Baca Juga: Justin Bieber Butuh Istirahat karena Idap Sindrom Ramsay Hunt, Kenali Risiko Komplikasinya
Hipotensi orthostatik didasarkan pada tekanan darah individu. Jika tekanan darah seseorang turun lebih dari 20mmHg pada tekanan sistolik dan 10mmHg pada tekanan diastolik, mereka diketahui mengalami hipotensi orthostatik.
Dilansir dari Times of India, adapun gejala tekanan darah yang sangat rendah, termasuk:
- Mual
- Pingsan setelah mengubah postur atau berdiri dalam waktu lama.
- Penglihatan kabur
- Pemadaman Sinkop
- Tiba-tiba jatuh
- Kelelahan atau kelemahan
- Pusing dan sakit kepala
Gejala pasien hipotensi orthostatik berangsur-angsur hilang ketika tubuh mulai menyesuaikan diri dengan posisi baru.
Gejala tersebut berpotensi menjadi gejala dari banyak penyakit serius lainnya seperti penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung dan detak jantung tidak teratur.
Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba juga bisa menjadi faktor risiko stroke karena suplai darah ke otak tidak mencukupi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional