Suara.com - Kelainan darah langka ternyata bisa juga muncul di usia dewasa. Inilah yang terjadi pada Presiden Panama Laurentino Cortizo.
Cortizo mengatakan bahwa dia telah didiagnosis dengan kelainan darah langka yang dikenal sebagai sindrom mielodisplasia (myelodysplastic) dan akan mencari pendapat medis kedua.
Cortizo mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa prognosisnya "berisiko sedang" dan dia "dalam semangat yang baik". Dia pun akan melanjutkan tugas sehari-harinya sebagai presiden.
Dilansir ANTARA, Cortizo mengatakan dia menerima diagnosis itu pada 16 Juni setelah pemeriksaan darah rutin pada Mei menunjukkan penurunan hemoglobin dan jumlah sel darah putih. Setelah itu, dokter merekomendasikan biopsi sumsum tulang.
Dia akan menerima opini kedua dari dokter spesialis di Houston, Texas, setelah menyampaikan pidato kenegaraan tahunan di Majelis Nasional Panama pada 1 Juli, katanya.
Terlepas dari diagnosisnya, pria berusia 69 tahun itu mengatakan bahwa dokternya menilai dia dalam "kondisi umum yang sangat baik."
Perawatan untuk sindrom mielodisplasia dapat berupa transfusi darah hingga kemoterapi atau transplantasi sel induk, menurut National Health Service di Inggris. Cortizo tidak menjelaskan apakah dia akan menjalani perawatan.
Mengutip Alodokter, Sindrom mielodisplasia adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh kerusakan pada sel darah. Kondisi ini terjadi ketika sel darah yang dihasilkan oleh sumsum tulang tidak terbentuk dengan baik.
Pada penderita sindrom mielodisplasia, sumsum tulang memproduksi sel-sel darah yang abnormal. Sel-sel abnormal ini tidak berkembang sepenuhnya dan akan mati ketika masih berada di dalam sumsum tulang atau saat memasuki aliran darah.
Baca Juga: Hipertensi Jadi Masalah Kesehatan Paling Dominan Jemaah Haji Indonesia, Begini Cara Mencegahnya
Seiring waktu, jumlah sel darah abnormal akan semakin banyak dan melebihi jumlah sel darah yang sehat atau “matang”. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gejala sindrom mielodisplasia.
Sindrom mielodisplasia merupakan jenis kanker darah yang bisa terjadi pada siapa saja. Namun, sindrom ini paling sering menyerang orang dewasa usia 65 tahun ke atas.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat sindrom mielodisplasia meliputi:
- Anemia akibat kekurangan sel darah merah
- Leukemia mieloblastik akut
- Perdarahan yang sulit berhenti akibat rendahnya trombosit (trombositopenia)
- Sering mengalami infeksi akibat rendahnya jumlah sel darah putih
Belum diketahui secara pasti bagaimana cara mencegah sindrom mielodisplasia. Akan tetapi, Anda dapat mengurangi risiko terkena sindrom mielodisplasia dengan menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari paparan zat kimia lain yang bisa meningkatkan risiko terserang kondisi ini.
Jika Anda menderita sindrom mielodisplasia, Anda dapat sering mengalami infeksi akibat rendahnya jumlah sel darah putih yang sehat.
Berita Terkait
-
Waspada! Hipertensi Intai Anak Muda, Ini Resep Sehat Kata Dokter
-
Smartwatch Selamatkan Nyawa: Kisah Pasien yang 'Diperintah' Jam Pintar untuk Periksa ke Dokter
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Totalitas Tanpa Ampun! Marthino Lio Tabrak Mobil Beneran di Film Horor Terbaru
-
Seberapa Jauh Pengorbananmu? Film Tumbal Darah Sajikan Kisah Kelam Penagih Utang Demi Cinta
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif