Suara.com - Saat ini, ilmuwan dari Anixa Biosciences dan Klinik Cleveland sedang melakukan uji klinis vaksin eksperimental untuk kanker payudara triple negatif atau triple negative breast cancer (TNBC).
Dalam penelitian ini, ilmuwan mengimunisasi orang sehat yang berisiko tinggi terkena kanker payudara jenis TNBC. Uji coba fase 1 dilakukan pada Oktober 2021 dan sudah penah melakukan riset terhadap hewan pada 2010 silam.
Kanker payudara triple negatif adalah jenis kanker yang berisiko tinggi kambuh lagi dan lebih sulit diobati. penderita kanker payudara ini memiliki reseptor yang biasanya tidak ditemukan pada kanker payudara jenis lain.
TNBC tidak memiliki reseptor estrogen atau progesteron dan protein HER2 pun lebih sedikit atau tidak ada sama sekali.
Kurangnya reseptor untuk hormon estrogen, progesteron, dan protein HER2 pada sel kanker mempersulit terapi hormonal atau obat yang menargetkan protein HER2, lapor Times of India.
TNBC tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada jenis kanker payudara lainnya. Tingkat kekambuhannya tinggi dan biasanya hasilnya buruk.
Sekitar 10 hingga 15 persen dari semua kanker payudara adalah triple negatif. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki mutasi BRCA1 dan yang usianya di bawah 40 tahun.
Bagaimana cara kerja vaksin?
Vaksin menargetkan alfa-laktalbumin, juga dikenal sebagai a-laktalbumin, protein di dalam susu.
Baca Juga: Mengenal Imunoterapi, Harapan Baru Untuk Sembuh Bagi Pasien Kanker Paru, Payudara, dan Serviks
Vaksin yang juga dikenal sebagai vaksin kanker payudara ALA, diperkirakan berkerja seperti vaksin yang digunakan untuk mengobati penyakit menular.
Kata lainnya, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghilangkan kanker ini. Tujuannya adalah untuk melatih sistem kekebalan tubuh untuk menghilangkan sel-sel yang mengekspresikan a-laktalbumin sehingga mencegah pembentukan tumor.
Para peneliti memperkirakan akan menentukan dosis maksimum yang dapat ditoleransi dalam uji coba fase 1 saat ini. Peserta studi akan menerima tiga vaksinasi, masing-masing dalam dosis yang berbeda dengan selang waktu 2 minggu.
Uji coba fase 1 diharapkan selesai pada September 2022. Jika berhasil, akan dilanjutkan ke uji coba fase 2 dan fase 3.
Peneliti mengklaim vaksin tampaknya berhasil dan mereka optimis dengan hasilnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas