Suara.com - Viralnya aksi Santi Warastuti yang membawa poster bertuliskan 'Tolong Anakku Butuh Ganja Medis' di CFD, memicu perbincangan mengenai legalisasi ganja medis.
Aksi yang dilakukan Santi tersebut akhirnya membuat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat turun tangan untuk mengajukan uji materi agar ganja bisa digunakan dalam kesehatan sekaligus pengembangan ilmu pengetahuan.
Staf Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat, Ma’ruf Bajammal, mengatakan pihaknya menggugat UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 6 ayat 1 huruf H, Pasal 8 ayat 1 ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Menurut Ma’ruf, adanya peraturan tersebut justru tidak sejalan dengan tujuan undang-undang. Adanya UU tersebut justru membuat banyak orang termasuk Santi sulit mendapat pelayanan kesehatan.
“Golongan 1 yang terdapat ganja itu dilarang di layanan kesehatan, padahal sebagaimana UUD 1945 masyarakat mendapat hak atas layanan kesehatan. Ketentuan itu tidak sejalan gitu, ibu ini jadi enggak bisa pelayanan kesehatan narkotika termasuk ganja. Makannya kita mengajukan itu,” ucap Ma’ruf dalam Obrolan Malam Suara.com (ORMAS), Jumat (01/06/2022).
Ganja dalam penggunaan kesehatan
Sementara itu, penggunaan ganja dalam kesehatan ini sendiri juga sudah dilegalkan di beberapa negara di dunia.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional & Jamu Indonesia, Dr. dr. Inggrid Tania, M. Si mengatakan, efektivitas penggunaan ganja sendiri dalam dunia medis masih kurang. Namun, menurutnya dengan adanya legalisasi ganja dapat memberikan peluang kepada orang yang mengalami sakit tersebut.
Selain itu, sejauh ini ganja sendiri sangat membantu orang-orang yang mengalami epilepsi. Inggrid mengungkapkan, ganja sendiri juga bisa membantu menghilangkan berbagai kondisi seperti nyeri, mual akibat kemoterapi, dan lain-lain.
Baca Juga: Ganja Medis Bisa Jadi Alternatif Obat, Namun Bukan Pilihan Utama
“Efektivitas ganja di luar negeri pun yang sudah legalisasi masih kurang sebetulnya, sejauh ini cuma dari testimoni aja. Kebanyakan pada epilepsi hasilnya cukup baik. Kalo penyakit lain, ganja mampu menghilangkan nyeri dan mual muntah karena kemoterapi,” ucap Inggrid.
Untuk kasus yang dialami ibu Santi yang anaknya mengalami celebral palsy, menurut Inggrid, kasus tersebut ganja memiliki kemungkinan dapat mengobatinya. Apalagi celebral palsy sendiri disebabkan adanya gangguan pada otak penderita.
Inggrid mengungkapkan, meskipun seandainya ganja dilegalkan, hal tersebut juga membutuhkan waktu lama. Apalagi ganja yang ada di Indonesia memiliki kandungan tetrahydrocannabinol (THC) yang tinggi dan cannabidiol (CBD) yang rendah.
Untuk itu, menurutnya, dibutuhkan penelitian yang cukup lama agar ganja di Indonesia dapat berguna penggunaannya untuk kesehatan.
“Dari hasil kajian BNN, ganja di Indonesi kandungan THC nya tinggi kandungan CBD rendah. Namun ada cara gitu, tapi harus melalui penelitian yang panjang, misalnya membuat rekayasa sehingga THC nya minim CBD nya di tingkatkan,” ucapnya.
Tidak hanya itu Inggrid juga mengatakan, saat ini situasinya cukup sulit karena mau menanamnya saja bermasalah, jadi tidak bisa dilakukan penelitian.
Berita Terkait
-
Ganja Medis Bisa Jadi Alternatif Obat, Pakar: Tapi Bukan Pilihan Utama
-
INFOGRAFIS: Mengenal Ganja Medis untuk Pengeboatan
-
Antisipasi Ladang Ganja, Polres Cianjur dan Perhutani Bentuk Tim Gabungan
-
Ganja Medis Bisa Jadi Alternatif Obat, Namun Bukan Pilihan Utama
-
Polri Pastikan Dukung Kebijakan Pemerintah Jika Ganja Medis Dilegalkan
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis