Suara.com - Saat pria mencapai usia 40 tahunan, mereka sering merasa lelah, mudah tersinggung dan pemarah. Mereka juga sering mengalami gangguan tidur, berkeringat di malam hari atau lingkar pinggang yang membuncit.
Kebanyakan pria menganggap hal ini sebagai penuaan. Tetapi, Dr Jeff Foster, mengatakan itu bisa menjadi tanda menopause pada pria, yang merupakan masalah medis serius di mana kadar testosteron turun.
"Hal ini sama dengan menopause pada wanita akibat kadar estrogen yang turun mendadak. Bedanya, pria mengalami penurunan kadar testosteron sekitar 1 persen setiap tahun ketika mencapai usia 30 tahun," kata Dr Jeff dikutip dari The Sun.
Kondisi ini terjadi pada semua orang, meskipun bisa terjadi pada usia yang berbeda-beda. Anda perlahan-lahan akan menjadi pria yang mudah marah, gemuk dan tidak lagi menginginkan hubungan seks terlalu sering seperti pria usia 20 tahunan.
"Hal ini normal terjadi pria usia usia mereka, tetapi menopause pada pria ini tidak normal karena mungkin dipengaruhi masalah medis," jelasnya.
Dr Jeff pun mengungkapkan semua yang perlu Anda ketahui bila pasangan mengalami menopause.
Gejala menopause pada pria
Pria akan mengalami testosteron sama halnya wanita yang mengalami penurunan kadar estrogen sehingga menyebabkan menopause.
Gejala yang paling umum adalah merasa lebih lelah dan cenderung bangun lebih pagi serta tidur lebih cepat. Pada beberapa pria, kondisi ini membuatnya tidak termotivasi menyelesaikan pekerjaan dan kurang konsentrasi.
Baca Juga: 2 Orang Meninggal Terinfeksi Virus Marburg, WHO Sebut Penyakit Sangat Menular
Beberapa orang mungkin juga tidak bisa mengingat hal-hal, seperti nama orang. Kondisi ini biasanya disebut sebagai kabut otak.
Banyak wanita juga sering mengeluh pasangannya menjadi lebih pemarah, mudah tersinggung dan dorongan seks menurun.
Gejala umum lainnya adalah hilangnya ereksi pagi hari, yang disebabkan oleh lonjakan testosteron. Jika dibiarkan, kondisi ini mungkin akan memicu disfungsi ereksi.
Anda mungkin menderita hot flushes atau bekerja sangat keras di gym tetapi menjadi lebih gemuk. Karena, testosteron rendah dapat menyebabkan perubahan tekanan darah dan kolesterol, peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, osteoporosis dan depresi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial