Suara.com - Mutasi dari Covid-19 varian Omicron terus bermunculan. Terbaru yang tengah jadi perhatian dunia yakni subvarian BA.2.75 yang pertama kali ditemukan di India pada Mei lalu.
Kini subvarian tersebut telah menjadi virus corona yang dominan dan paling menginfeksi di negara tersebut. Subvarian tersebut saat juga telah menyebar ke puluhan negara termasuk Indonesia.
Sejumlah ahli virologi memprediksi bahwa subvarian BA.2.75 akan menjadi dominan di dunia, menggeser subvarian lain dari Omicron.
"Kami melihat varian baru ini menggantikan semua varian yang sebelumnya kami anggap sangat menular. Namun kami tidak tahu persis mengapa varian ini menjadi begitu dominan," kata ahli virologi di University of Edinburgh Dr Eleanor Gaunt, dikutip dari Euronews Next.
Dia menambahkan, BA.2.75 punya kemampuan untuk mengatasi kekebalan tubuh termasuk dari vaksin. Meski begitu, diakui Gaunt bahwa data mengenai subvarian tersebut masih sedikit.
Ia memperkirakan kalau BA.2.75 mirip dengan BA.5 dalam mengambil alih dominasi infeksi Covid-19 secara global. Hal tersebut terlihat di India, di mana infeksi virus corona di sana didominasi infeksi BA.2.75.
"Apa yang kami lihat dengan BA.2.75 baru ini adalah bahwa hal itu menyebar di negara-negara, di mana terdapat tingkat vaksinasi yang tinggi. Jadi tampaknya virus ini mampu mengatasi beberapa kekebalan yang sudah ada sebelumnya," katanya.
Para ahli memperkirakan, mutasi subvarian Omicron mengalami perubahan protein yang jumlahnya lebih banyak. Lonjakan protein pada permukaan virus tersebut yang akan membantunya memasuki sel ACE-2 pada tubuh manusia.
"Itulah bagian dari virus yang dikenali oleh sistem kekebalan tubuh. Dan ketika itu mengubah tampilannya, maka sistem kekebalan kurang bisa mengenalinya. Ini pasti sesuatu yang terjadi di sini," kata Gaunt.
Baca Juga: 14 Jemaah Haji Positif COVID-19
Meskipun ada kemungkinan BA.2.75 akan menjadi dominan di seluruh dunia, menurut Gaunt, tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Sebab, hak tersebut sebenarnya telah menjadi pola perilaku virus yang terjadi berulangkali pandemi Covid-19.
"Kami mendapatkan varian baru yang lebih menular dan menggantikan varian yang lebih lama, tetapi orang-orang di tingkat populasi mendapatkan lebih banyak kekebalan dari paparan virus dan melalui vaksinasi."
"Dan kami melihat tingkat keparahan klinis rawat inap yang terkait dengan virus corona secara umum menurun. Jadi itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern