Suara.com - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengonsumsi obat antivirus Paxlovid selama masa perawatan Covid-19. Dokter presiden Dr. Kevin O'Connor mengungkapkan bahwa Biden mengalami gejala ringan, seperti batuk kering, pilek, dan kelelahan.
Sekretariat kepresidenan juga memastikan kalau Biden hanya akan melakukan isolasi mandiri di Gedung Putih sambil tetap menjalankan tugas kenegaraan secara virtual.
Paxlovid merupakan penggabungan dua obat antivirus yang berbeda dan dikemas dalam bentuk pil. Dari berbagai penelitian dibuktikan obat tersebut efektif dalam mengurangi risiko rawat inap dan kematian pasien Covid-19 yang mengalami gejala ringan hingga sedang.
Paxlovid diproduksi oleh perusahaan farmasi yang juga membuat vaksin Covid-19, Pfizer. Obat itu merupakan kombinasi dari dua antivirus lainnya, nirmatrelvir dan ritonavir.
Nirmatrelvir adalah protease inhibitor yang telah menunjukkan aktivitas antivirus terhadap semua virus corona yang diketahui menginfeksi manusia. Sedangkan, Ritonavir sebelumnya telah digunakan untuk melawan HIV dan pasien Covid-19.
Obat tersebut berbeda dengan remdesivir, antivirus intravena yang pernah dikonsumsi mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump saat tertular Covid-19 dan dirawat di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed.
Obat Paxlovid umumnya diresepkan dengan diminum tiga pil sebanyak dua kali sehari, selama lima hari. Obat itu tidak diizinkan untuk digunakan dalam jangka panjang.
Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan obat langsung dikonsumsi dalam waktu lima hari setelah gejala muncul.
FDA mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat Paxlovid untuk perawatan pasien Covid-19 sejak Desember 2021. Indonesia sendiri juga sudah mengizinkan penggunakan obat tersebut melalui izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 17 Juli 2022.
Baca Juga: Usia 79 Tahun, Joe Biden Positif Covid-19
Meski ampuh dalam mengatasi gejala virus corona, terdapat sejumlah efek samping yang bisa terjadi.
"Ini meninggalkan rasa yang tidak enak di mulut juga membuat beberapa orang diare," kata Joe Palca dari NPR melaporkan pada bulan Mei lalu.
Kedua reaksi tersebut, termasuk gangguan pengecapan, dysgeusia, hingga naiknya tekanan darah. Meski demikian, Paxlovid telah dipuji sebagai obay penting untuk mencegah efek terburuk Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas