Suara.com - Baru-baru ini ramai informasi mengenai Jenazah Brigadir J yang dibongkar dari pemakaman untuk dilakukan autopsi ulang pada Rabu, 27 Juli 2022 lalu.
Namun, berdasakan informasi yang tersebar, pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak menyebutkan dari hasil autopsi telah sebut ditemukan jika otak tidak berada di rongga kepala lagi, melainkan di dada.
Informasi ini sendiri lantas langsung menjadi perhatian warganet dan trending di twitter. Beberapa warganet sendiri membuat cuitan di twitter dan konten tiktok mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Salah satu akun yang juga membuat konten pertanyaan mengenai kasus Brigadir J di tiktok yaitu @bang.dimul. Melihat pertanyaan tersebut, Influencer sekaligus Mahasiswa Kedokteran, Ekida Rehan Firmansyah, S. Ked membuat stitch penjelasan mengapa hal tersebut bisa tejadi dari pandangan medis.
Ekida mengatakan, hal tersebut dapat saja terjadi karena autopsi. Sementara itu, autopsi sendiri bisa terjadi karena kasus pasca kematian jenazah berdasarkan hukum. Perlakuan autopsi tersebut juga tidak bisa sembarangan dan memerlukan surat hukum.
Selain itu, Ekida menjelaskan kalau autopsi sendiri juga bukan penyebab dari kematian orang tersebut melainkan untuk mengetahui apa yang menyebabkannya.
“Autopsi dilakukan dengan memeriksa organ dalam untuk memeriksa organ-organ dalam secara biologis tetapi bukan motif tindakan kematian tersebut, setelah itu organ tubuh dikembalikan ke jenazahnya, jadi tidak disimpan,” jelas Ekida dalam video unggahannya di tiktok, Minggu (31/7/2022).
Menurut Ekida, dari pengembalian tersebut sendiri yang bisa saja menyebabkan otak tidak dikembalikan ke rongga kepala, melainkan dada. Meskipun demikian, menurutnya, otaknya dikembalikan ke rongga kepala.
“Jadi bisa saja otak yang setelah diperiksa dikembalikan ke rongga dada meskipun lebih baik otaknya dikembalikan ke rongga kepalanya,” sambungnya.
Baca Juga: Komnas HAM akan Periksa Seorang Ajudan dan ART Ferdy Sambo Besok
Selain itu, Ekida juga mengungkapkan, bagi jenazah yang pernah diautopsi sendiri memang lebih memungkinkan otaknya dikembalikan ke rongga dada. Hal ini dilakukan karena bisa saja nantinya otak akan turun sendiri akibat sumsum tulang belakang yang sempit.
“Kalau dulunya pernah autopsi lebih mungkin otaknya itu dikembalikan ke rongga dada, ketimbang sebelum kematian otaknya turun sendiri ke leher ke rongga dada karena sumsum tulang belakang sempit dan kecil,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
5 Tanda Otakmu Lelah karena Terlalu Banyak Melakukan Multitasking
-
Otak Sering Buyar? Kuasai 6 Jurus Tingkatkan Produktivitas Ini
-
Sempat Diderita Epy Kusnandar, Berapa Lama Orang dengan Kanker Otak Bisa Bertahan Hidup?
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan