Suara.com - Meski belum terdeteksi di Indonesia, sudah banyak stigma seputar cacar monyet atau monkeypox yang dianggap hanya menginfeksi pasien HIV komunitas LGBT, seperti gay, homoseksual dan biseksual.
Padahal Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Infeksi, dr. Robert Sinto Sp.PD menegaskan, meski data saat ini jumlahnya kecil namun cacar monyet tetap bisa menginfeksi masyarakat umum.
"Nah poin saya di sini adalah, bahwa ada komunitas kecil yang bukan MSM (homoseksual) atau LGBT yang juga bisa terkena yaitu sebesar 2 hingha 4 persen, jadi penyakit ini memang tidak murni MSM atau gay," ujar dr. Robert dalam acara diskusi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Rabu (10/8/2022).
Selain itu data juga menunjukan, bahwa menyebarnya cacar monyet ke lebih dari 88 negara dunia, menegaskan bahwa penyakit ini bisa jadi wabah di luar negara Afrika, sebagai awal mula penyakit ini muncul.
"Juga tidak murni pada Afrika saja, jadi kalau kita kenal 30 tahun pada Afrika dan ternyata sekarang bisa menyebar pada 88 negara di dunia," sambung dr. Robert.
Di sisi lain, dokter yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini membenarkan mayoritas atau sebagian besar data cacar monyet terkonsentrasi pada homoseksual, gay dan biseksual.
Hal ini sebagaimana temuan di 3 laporan kasus cacar monyet terbesar oleh WHO, Cohort study, dan laporan Inggris.
"Kembali pada laporan kasus besar ini, jadi dalam 500 kasus yang ada itu 98 persen yang dilaporkan itu adalah yang memiliki hubungan seksual gay, biseksual, atau MSM (homoseksual)," ungkap dr. Robert.
Untuk Cohort menemukan 98 persen kasus cacar monyet yang datang melaporkan kondisinya, 41 persen dari HIV positif dan sisanya 59 persen HIV negatif atau bukan orang dengan HIV.
Baca Juga: Benarkah Cacar Monyet Termasuk Penyakit Kelamin? Begini Kata Pakar Infeksi FKUI
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dari total 5.000 kasus, 98 persen terjadi pada LGBT, gay, biseksual atau MSM, dan 41 persen di antaranya HIV positif.
"Saya tunjukkan fakta ketiga dari Inggris dengan 445 kasus yang gay, bisex, dan MSM sebanyak 96,2 persen, yang hidup dengan HIV itu sebesar 30 persen. Jadi rupanya konsisten pada 3 laporan tersebut maka angkanya berkisar 96 hingga 98 persen untuk gay dan 30 persen untuk HIV," tutup dr. Robert.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja