Suara.com - Ibu dari Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Rosti Simanjuntak, mengaku terkejut atau syok mendengar keterangan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dalam pernyatannya Kapolri mengatakan Yosua ditembak atas perintah Irjen Ferdy Sambo.
Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat, di Jambi, Rabu, mengatakan dia dan istrinya menonton keterangan resmi dari Kapolri melalui tayangan televisi di rumahnya, Selasa petang (9/8).
"Istri saya setelah menonton keterangan resmi dari Mabes Polri bersama keluarga langsung terkejut mendengar tersangka baru mantan pimpinan almarhum Yosua, Irjen Ferdy Sambo," kata Samuel.
Istilah "syok" dapat merujuk pada jenis syok psikologis atau fisiologis. Syok psikologis disebabkan oleh peristiwa traumatis dan juga dikenal sebagai gangguan stres akut. Jenis kejutan ini menyebabkan respons emosional yang kuat dan dapat menyebabkan respons fisik juga.
Kehilangan sosok orang yang disayangi secara tiba-tiba juga bisa memicu peristiwa traumatis. Dilansir dari Healthline, peristiwa traumatis adalah peristiwa yang menyebabkan kerugian fisik, emosional, spiritual, atau psikologis.
Orang yang mengalami peristiwa menyedihkan itu mungkin merasa terancam secara fisik atau sangat ketakutan sebagai akibatnya.
Dalam beberapa kasus, mereka mungkin tidak tahu bagaimana merespons atau mungkin menyangkal efek dari peristiwa tersebut. Orang tersebut akan membutuhkan dukungan dan waktu untuk pulih dari peristiwa traumatis dan mendapatkan kembali stabilitas emosional dan mental.
Orang-orang menanggapi peristiwa traumatis dengan cara yang berbeda. Seringkali tidak ada tanda yang terlihat, tetapi orang mungkin memiliki reaksi emosional yang serius.
Syok dan penyangkalan sesaat setelah kejadian adalah reaksi normal. Kejutan dan penolakan sering digunakan untuk melindungi diri dari dampak emosional dari peristiwa tersebut. Seorang mungkin merasa mati rasa atau. Anda mungkin tidak langsung merasakan intensitas penuh acara peristiwa traumatis tersebut.
Melewati guncangan awal biasanya membutuhkan waktu 4-6 minggu sejak kejadian. Ini terlihat sebagai perbedaan antara reaksi stres akut (dalam waktu 4 minggu sejak kejadian) atau reaksi pasca-trauma (biasanya setelah 4-6 minggu).
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental