Suara.com - Semua jenis hubungan seks pasti memiliki risiko, termasuk penyakit menular seksual. Tapi, seks anal mungkin akan membawa risiko yang lebih besar.
Seks anal adalah hubungan seks yang dilakukan dengan cara penetrasi anus dengan penis, jari, mainan seks atau seks oral, seperti menggunakan lidah untuk merangsang anus.
NHS mengatakan bahwa jenis hubungan seks ini memiliki risiko penyebaran infeksi yang lebih tinggi daripada banyak tindakan lainnya.
Karena lapisan anus tipis dan mudah rusak, ini membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi menular seksual.
Dua ahli bedah, Tabitha Gana dan Lesley Hunt mengatakan bahwa wanita memiliki risiko lebih besar terkena infeksi menular seksual dan penyakit akibat seks anal.
Berdasarkan jurnal di British Medical Journal (BMJ), peneliti menemukan hubungan seks anal ini sudah mulai meningkat.
Mereka pun menemukan banyak wanita mengalami rasa sakit, pendarahan dan infeksi menular seksual akibat seks anal tersebut.
Seharusnya kondisi ini bisa dicegah, jika dokter tidak segan membahas risiko hubungan seks anal.
"Hubungan seks anal ini dianggap sebagai perilaku seksual berisiko karena hubungannya dengan alkohol, penggunaan narkoba dan banyak pasangan seks," jela peneliti dikutip dari The Sun.
Baca Juga: Terdeteksi di Limbah Kota New York, Penyebaran Virus Polio Mulai Marak di Amerika
Peningkatan tingkat inkontinensia feses dan cedera sfingter anal telah dilaporkan pada wanita yang melakukan hubungan seks anal.
Wanita berisiko lebih tinggi mengalami inkontinensia daripada pria, karena anatomi mereka yang berbeda dan efek hormon, kehamilan dan persalinan di dasar panggul.
Wanita memiliki sfingter anal yang kurang kuat dan tekanan saluran anus yang lebih rendah daripada pria. Jadi, kerusakan akibat penetrasi anal sangat berisiko.
Rasa sakit dan pendarahan yang dilaporkan wanita setelah seks anal merupakan indikasi trauma dan risiko dapat meningkat jika seks anal dipaksakan," jelasnya.
Survei Nasional Sikap Seksual baru-baru ini menunjukkan bahwa hubungan seks anal heteroseksual di antara anak berusia 16 hingga 24 tahun meningkat dari 12,5 persen menjadi 28,5 persen selama beberapa dekade terakhir di Inggris.
Mereka juga menyoroti kurangnya informasi mengenai risiko berhubungan seks anal oleh para dokter turut berperan dalam peningkatan tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien