Suara.com - Gerakan Tutup Mulut atau GTM dapat menjadi tantangan besar untuk orangtua. GTM yang dilakukan anak membuat orangtua merasa khawatir jika hal itu membuat anak mengalami berbagai masalah kesehatan.
Mengutip buku Health First RS Pondok Indah, GTM digolongkan menjadi dua, yaitu organik dan fungsional.
Untuk faktor organik, GTM disebabkan karena masalah pada organ pencernaan seperti lidah, bibir, gigi, tenggorokan, lambung, dan lain-lain.
Sementara untuk masalah fungsional, terjadi karena adanya gangguan psikologis seperti trauma makan, depresi, kecemasan, dan lain-lain.
Faktor yang menyebabkan GTM pada anak ini pun dikenal sangat beragam. Biasanya, kondisi ini terjadi karena kebiasaan yang dilakukan oleh anak dan orangtua.
Berikut beberapa hal menjadi penyebab terjadinya GTM pada anak:
- Kebiasaan orangtua memaksa anak berlebihan. Padahal kondisi ini dapat menyebabkan anak trauma untuk makan
- Mengancam anak untuk makan dengan kekerasan
- Kebiasaan makan sambil melakukan berbagai aktivitas lain seperti jalan-jalan, menonton televisi, dan lain-lain yang mengalihkan perhatiannya
- Terlalu menargetkan makanan harus habis sehingga makan dilakukan berjam-jam
- Minum terlalu banyak dan mani sehingga membuat anak menjadi kenyang sebelum makan
- Kebiasaan memberi hadiah kepada anak jika mau makan. Hal ini membuatnya bergantung pada hadiah yang diberikan
Jika anak melakukan GTM, orangtua perlu segera melakukan tindakan dan menangani masalah itu dengan cepat. Pasalnya, jika dibiarkan berlarut, hal ini dapat mengganggu pertumbuhan anak.
Kondisi ini juga dapat membuat anak tidak tumbuh dengan optimal. Anak yang mengalami GTM juga sulit mencapai berat badan dan tinggi ideal.
Selain itu, GTM juga dapat memengaruhi imunitas anak. Hal ini dapat membuat anak rentan terkena berbagai infeksi seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), infeksi saluran kemih (ISK).
Baca Juga: 4 Hal Unik yang Hanya Bisa Kita Temui di Kos, Jadi Kenangan
GTM juga dapat terjadi pada usia berapapun. Untuk itu, orangtua harus bisa mengontrol kondisi anak yang mengalami GTM.
Jika masih sulit dan berpengaruh pada kondisi kesehatannya, orangtua dapat membawa ke dokter spesialis anak untuk menemukan solusi terhadap permasalah tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
Terkini
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah