Suara.com - Kemoterapi saat ini menjadi standar pengobatan utama bagi pasien kanker, termasuk kanker nasofaring.
Melansir ANTARA, ilmuwan China merekomendasikan bahwa strategi pengobatan baru untuk kanker nasofaring hanya melibatkan radioterapi saja tanpa kemoterapi.
Para ilmuwan dari Pusat Kanker Universitas Sun Yat-sen memimpin uji klinis fase III, yang menunjukkan hasil bahwa radioterapi saja dapat menggantikan kombinasi radioterapi dan kemoterapi pada pasien dengan karsinoma nasofaring risiko rendah. Sehingga, kualitas hidup pasien dapat menjadi lebih baik tanpa mengorbankan efek kuratifnya.
Cina memiliki tingkat penyakit karsinoma nasofaring tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, radioterapi dengan intensitas termodulasi atau intensity-modulated radiotherapy (IMRT) telah menjadi teknologi radioterapi utama untuk penyakit kanker nasofaring.
Wakil Presiden Eksekutif Pusat Kanker Universitas Sun Yat-sen Ma Jun mengatakan IMRT dapat meningkatkan efek kuratif secara signifikan.
Bersama dengan beberapa rumah sakit lain, Pusat Kanker Universitas Sun Yat-sen melakukan penelitian untuk mengeksplorasi apakah pasien karsinoma nasofaring stadium menengah masih perlu menjalani kemoterapi bersamaan dengan IMRT.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa di antara pasien dengan karsinoma nasofaring risiko rendah, hasil kelangsungan hidup pasien dengan hanya menerima radioterapi ternyata serupa dengan pasien yang menerima radioterapi dan kemoterapi secara bersamaan.
Sementara itu, pasien yang hanya menerima radioterapi menunjukkan pengurangan besar dalam efek toksik dan efek samping. Kualitas hidup mereka pun meningkat secara signifikan.
Strategi pengobatan baru yang direkomendasikan dalam penelitian tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup pasien tanpa menurunkan efek kuratif. Setidaknya, 20 persen pasien karsinoma nasofaring diharapkan dapat memperoleh manfaatnya, kata Ma Jun.
Baca Juga: Sinopsis Until Tomorrow, Film dari Kisah Cinta Viral yang Diperankan Deva Mahenra
Studi tersebut baru-baru ini diterbitkan dalam The Journal of the American Medical Association (JAMA).
Berita Terkait
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Tahun ke-6 Berjuang Lawan Kanker, Vidi Aldiano Sampaikan Pesan Haru
-
Pesan Haru Vidi Aldiano di Tahun ke-6 Berjuang Lawan Kanker: Kuharap Perjumpaan Kita Bisa Berakhir
-
Sempat Diderita Epy Kusnandar, Berapa Lama Orang dengan Kanker Otak Bisa Bertahan Hidup?
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan