Suara.com - Umumnya sebagian besar orang menganggap kemoterapi jadi pengobatan utama kanker paru, padahal kini ada teknologi pengobatan kanker imunoterapi yang disebut lebih efektif.
Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi Onkologi Medik dr. Andhika Rachman mengatakan pengobatan imunoterapi disebut lebih unggul dari kemoterapi karena tidak memiliki efek samping.
Seperti diketahui, kemoterapi memang efektif mencegah pertumbuhan sel kanker, tapi dampaknya menimbulkan efek yang sistemik yaitu sekaligus menghancurkan dan menghambat pertumbuhan sel baru.
Inilah sebabnya beberapa pasien setelah kemoterapi mengalami kerontokan rambut, muntah, hingga mengalami penurunan berat badan.
"Obat kemoterapi efek toksisitasnya jauh lebih besar dan sistemik jadi kena ke seluruh badan, efek bagusnya menurunkan laju pertumbuhan kanker, tapi efeknya menurunkan laju pertumbuhan sel sehat," ujar Dr. Andika dalam acara diskusi Selasa, (20/8/2022).
Sehingga cara kerja kemoterapi dari bekerja dari luar sel, sedangkan imunoterapi bekerja dari dalam sel karena bekerja dengan cara mengarahkan sel kekebalan tubuh berubah menjadi pasukan sel-T yang menyasar langsung untuk membunuh sel kanker.
Bahkan lantaran bekerja dari dalam, imunoterapi memiliki strategi khusus untuk menghancurkan sel kanker.
Imunoterapi yang sudah tersedia di Indonesia, yakni imunoterapi PD-1, yang disebut memiliki cara kerja seperti pos keamanan. Pos keamanan PD-1 ini lalu dibubarkan, sehingga sel kanker tidak bisa menyamar.
"Selanjutnya sel imun akan menerima arahan untuk menghancurkan sel kanker," terang Dr. Andika.
Baca Juga: Cegah Rambut Rontok Akibat Kemoterapi, Pasien Kanker di Argentina Ini Buat Topi Pendingin
Dibandingkan kemoterapi, imunoterapi PD-1 mampu mengurangi risiko kematian hingga 38 persen. Ditambah imunoterapi mampu memberikan harapan hidup lebih lama bagi penyintas kanker paru.
Meski begitu, dokter tetap bisa memberikan terapi pengobatan kanker kombinasi antara kemoterapi dan imunoterapi. Tapi khusus untuk imunoterapi membutuhkan waktu 1 jam saat tindakan dilakukan.
Untuk imunoterapi hampir bisa digunakan untuk semua jenis kanker dan usia, bisa dilakukan setiap 3 minggu sekali atau dalam satu tahun diberikan selama 22 kali.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
Terkini
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern