Suara.com - Masalah kesehatan mental di Indonesia tercatat masih cukup tinggi. Penelitian dari organisasi kesehatan mental Emotional Health for all Foundation (EHFA) menemukan bahwa tingkat bunuh diri di Indonesia yang sebenarnya mencapai 4 kali lipat dari angka yang dilaporkan.
Selain itu, jumlah percobaan bunuh diri setidaknya 7 kali lipat dari data yang ada.
Di sisi lain, penanganan masalah mental dengan konsultasi ke psikolog atau psikiater juga masih rendah. Menurut Project Leader & Founder, EHFA dan President Indonesian Association for Suicide Prevention Dr. Sandersan Onie masih ada stigma di masyarakat kalau orang alami masalah mental sebenarnya kurang beribadah dan jauh dari Tuhan.
"Kami sering menemukan kejadian diskriminasi yang didasari pada keyakinan keliru tentang agama. Misalnya, orang dengan gangguan kesehatan mental dianggap karena kurang imannya. Itu sebabnya, meskipun bertahun-tahun dilakukan pendidikan tentang kesehatan mental, namun kemajuannya sangat lambat," kata Sandersan dalam webinar Hari Kesehatan Mental Dunia, Senin (10/10/2022).
Selain itu, keluarga juga merasa malu untuk mencari bantuan ke tenaga profesional untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan mental yang dihadapi.
Alih-alih datang ke psikolog, Sandersan melihat, masih banyak orang dengan gangguan kesehatan mental yang lebih memilih berbicara dengan pemuka agama
“Hal ini terlebih karena kita semua menyadari bahwa agama memainkan peran yang besar di Indonesia,” ujarnya.
Oleh sebab itu, EHFA menggandeng sejumlah tokoh agama untuk lakukan edukasi kesehatan mental kepada masyarauat. Melalui deklarasi pertemuan antar umat agama yang telah dilakukan pada 2-3 Juni 2022 di Lombok sebagai bagian dari acara G20.
Deklarasi yang juga disebut sebagai “Lombok Declaration” itu bertujuan untuk menegaskan bahwa setiap orang di Indonesia, termasuk para psikolog, guru, keluarga, pelajar dapat mencari bantuan kesehatan mental tanpa harus didiskriminasi atau distigmatisasi.
Baca Juga: Sejarah dan Tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022
Terdapat tujuh perwakilan tokoh dari seluruh agama yang diakui di Indonesia, di antaranya KH Miftahul Huda (Majelis Ulama Indonesia), Rm. Y. Aristanto HS, MSF (Komisi Waligereja Indonesia), drg. I Nyoman Suarthanu. MAP KH Sarmidi Husna (Pengurus Besar Nadhlatul Ulama), drg. I Nyoman Suarthanu. MAP (Parisada Hindu Darma).
I Wayan Sianto (Perwakilan Walubi Indonesia), Prof. Dr. Musdah Mulia, M.A (International Center for Religions and Peace), Pdt Jackelyn Manuputty (Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia) dan Pdt Ary Mardi Wibowo (Jakarta Praise Church Community).
Ketujuh tokoh agama tersebut mempersatukan pandangannya terhadap kesehatan mental dengan mentandatangani “Deklarasi Relio-Mental Health”.
Berdasarkan isi deklarasi tersebut dinyatakan bahwa pemuka dari lima kelompok agama setuju bahwa masalah kesehatan mental bukanlah hal yang memalukan, serta mengedepankan pentingnya peran lingkungan dan keluarga dalam mendampingi orang dengan masalah kesehatan mental.
Di saat yang sama, deklarasi itu juga mendorong lembaga keagamaan dan instansi pemerintah, seperti Kementerian, untuk berkolaborasi dalam meningkatkan pelayanan dan penanganan masalah kesehatan mental serta pencegahan bunuh diri.
Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia itu akan ditandatangani pada 29 Oktober 2022 di Mal Casablanka, Jakarta. Selain akan dihadiri langsung oleh ketujuh tokoh lintas agama tersebut, masyarakat juga bisa datang menyaksikan sekaligus lakukan skrining kesehatan mental secara gratis.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia