Suara.com - Bakteri kebal obat super menyerang India, yang meningkatkan risiko terjadinya wabah penyakit yang sulit disembuhkan dengan antibiotik. Waduh, bahaya nggak sih untuk Indonesia?
Dokter spesialis penyakit dalam prof. dr. Zubairi Djurban, Sp.PD., menjelaskan kalau penyakit itu disebabkan bakteri luar biasa hebat yang tidak mempan dengan obat antibiotik. Sehingga telah terjadi pandemic of antibiotics-resistant superbugs.
"Kisah dimulai dari India sebelah barat, di mana terjadi infeksi di sebuah rumah sakit di Maharashtra dan para dokter berjibaku dengan ruam infeksi superbug yang kebal antibiotik. Bahkan di Kolkata, 6 dari 10 pasien yang dirawat di ICU sudah tidak mempan antibiotik," kata prof. Zubairi dikutip dari cuitannya di Twitter, Rabu (12/10/2022).
Jenis kuman yang menginfeksi itu juga bermacam-macam. Ada yang disebut Staphylococcus aureus dan Acinetobacter baumannii. Kedua kuman tersebut menyebabkan pneumonia. Pasien yang alami itu perlu mendapatkan perawatan ventilator karena berisiko meninggal.
Selain itu, infeksi kuman e.coli (Escherichia coli) maupun Klebsiella pneumoniae juga bisa menyebabkan pasien membutuhkan pengobatan ventilator.
Beberapa kasus di India, lanjut prof. Zubairi, didapati bahwa ada pasien yang resistan terhadap antibiotik kuat dan baru bernama Carbapenem. Data menunjukkan kalau setahun terakhir telah terjadi kenaikan 10 persen yang resisten. Hal itu menjadi masalah berat bagi dunia kedokteran dunia, khususnya di India.
"Beratnya bagaimana? Sebut saja di Kolkata. Tadinya semua orang yang terinfeksi di sana, 65 persennya berhasil diatasi dengan antibiotik lini satu. Nah, sekarang turun. Yang berhasil diobati dengan antibiotik lini 1 itu cuma 43 persen. Jadi ini masalah serius," jelasnya.
Resistan terhadap antibiotik sebenarnya suatu kondisi alami. Sebab, sebagai makhluk hidup, bakteri pun punya insting untuk tetap bertahan hidup. Hal itu membuat bakteri mampu menguatkan diri agar kebal terhadap antibiotik.
Namun, menjadi masalah besar, ketika angka kejadiannya dipercepat akibat salah guna antibiotik.
Baca Juga: India Hadapi Pandemi Kuman Super yang Kebal Antibiotik
Salah guna yang dimaksud karena antibiotik digunakan dengan keliru. Prof. Zubairi mencontohkan, misalnya seseorang yang sebenarnya terinfeksi virus, tetapi justri diobati dengan antibiotik.
"Pada awal pandemi Covid-19, banyak sekali pasien mendapat antibiotik macam-macam, yang menyebabkan perubahan dalam resistansi kuman," imbuhnya.
Hal itu bisa menyebabkan pasien menjadi lebih lama saat dirawat di rumah sakit akibat resistan antibiotik dan angka kematian menjadi lebih tinggi.
Prof. Zubairi mengingatkan bahwa resistan terhadap antibiotik bisa terjadi di manapun, kepada siapa saja, dan tidak tergantung usia.
"Contohnya di India tadi. Artinya dari bayi baru lahir sampai usia lanjut ya berisiko resistan terhadap antibiotik. Pesannya adalah kita harus mulai lebih hati-hati dalam memakai antibiotik. Kalau tidak ada indikasi dan resep dari dokter, jangan konsumsi. Atau jangan juga melanjutkan resep antibiotik milik salah satu teman atau keluarga karena merasa punya penyakit sama," pesannya.
Berita Terkait
-
Ilmuwan Ungkap Kemungkinan Bakteri di Mumi Kuno Sebabkan Wabah Penyakit
-
Bom Waktu Kesehatan? Wabah Kolera Mengancam Lebanon di Tengah Eskalasi Konflik
-
Penyebaran Cacar Monyet Meresahkan, WHO Beri Sinyal Keadaan Darurat
-
Cerita Wanita saat Bulan Puasa di Gaza: Ramadan Ini Benar-benar Hampa!
-
Menakar Penilaian Risiko Terhadap Penetapan KLB/Wabah Penyakit
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah