Suara.com - Kematian akibat gagal ginjal akut di Indoensia hingga Senin, (24/10/2022), telah tembus ke angka 141 kasus. Sedangkan total kasus gagal ginjal akut itu telah mencapai 245. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kesehatan di Istana Kepresidenan, baru-baru ini.
"Fatalirty rate persentase kematian, dari 245 kasus cukup tinggi, yakni 141 atau 57,6 persen," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini.
Menkes menjelaskan, bahwa kenaikan kematian akibat gagal ginjal aku secara signifikan ini baru terjadi pada bulan Agustus. Ia memaparkan, bahwa di tahun-tahun sebelumnya angka kematian akibat gagal ginjal akut relatif normal dan kecil.
"Tapi di bukan Agustus naik ke 36, Spetember ke 78 dan Oktober hingga sekarang menjadi 141 kasus," kata Menkes.
"Hasil diskusi kita dengan WHO dan Pemerintah Gambia, ditemukan obat yang namanya 'Fomepizole'. Kita sudah menerima 20 vial dari Singapura, kita menunggu mungkin dari Australia akan masuk 16 vial lagi mungkin malam ini atau besok pagi," tambah Budi.
Budi Gunadi Sadikin menjelaskan gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak disebabkan adanya pencemaran dari pelarut dalam obat cair sehingga menimbulkan zat kimia berbahaya.
“Jadi memang zat kimia yang berbahaya ini merupakan impurities (pencemaran) dari pelarut pembantunya, pelarut pembantu ini memang sudah lama dipakai, bukan hanya di industri obat,” katanya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin.
Zat pelarut tersebut, katanya, memang sudah jamak dipakai di berbagai industri. Namun, karena tercemar, zat pelarut itu menghasilkan senyawa kimia yang berbahaya.
“Banyak yang bertanya, kok dulu tidak apa-apa, sekarang jadi seperti ini. Penyebabnya impurities atau pencemaran ini. Saya sudah tanya pada ahlinya, paling besar penyebabnya adalah dari bahan baku,” katanya.
Baca Juga: [CATAT] Berikut 70 Daftar Obat Sirup Dilarang Dijual Sementara
Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melihat perubahan dari jenis, tipe, dan asal setiap bahan baku obat cair.
“Kita sudah ada datanya, pergeseran dari negara mana, impor mana bahan baku itu terjadi. Saya akan sampaikan pada kesempatan khusus,” ujar dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan