Suara.com - Kesadaran akan pentingnya kesehatan ditengarai meningkat sejak pandemi Covid-19 menyerang di tahun 2020. Sayangnya, survei menyebut tingginya kesadaran tentang kesehatan tidak dibarengi dengan banyaknya perempuan yang melakukan pemeriksaan dini alias skrining.
Survei Healthy Living in Asia menunjukkan perempuan di Asia lebih memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan daripada sebelum pandemi. Tapi kurangnya waktu untuk diri sendiri karena pekerjaan, keluarga, dan komitmen pribadi serta hambatan finansial menjadi tantangan utama yang mencegah mereka merawat kesehatannya dengan lebih baik.
Survei dilakukan kepada lebih dari 2.000 perempuan di Singapura, Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand. Diprakarsai oleh Philips dan dilakukan oleh lembaga riset Kantar Profiles Network, hasil survei menyoroti kesenjangan perawatan kesehatan gender yang ada di Asia dan menyerukan dukungan serta pemberdayaan perempuan yang lebih besar dalam memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan.
Hasil survei menyebut 50 persen responden lebih memperhatikan kesehatan di masa pandemi. 57 persen responden diketahui sudah menerapkan gaya hidup sehat, sementara 56 persen aktif mencari informasi secara online tentang kesehatan.
Sayangnya, kurang dari 1/3 melalukan skrining dan pemeriksaan kesehatan secara rutin. 60 persen responden Indonesia merasa telah melakukan segala cara untuk menjaga kesehatan dan 1/3 responden merasa mereka dapat mengambil lebih banyak langkah menuju kesehatan preventif.
Mayoritas perempuan menyatakan kurangnya waktu karena pekerjaan, keluarga, dan komitmen pribadi (49%) serta kurangnya sumber keuangan (44%) sebagai hambatan utama.
Pim Preesman, Country Leader Philips Indonesia menyebut hasil survei membuktikan perempuan di Indonesia makin menyadari pentingnya gaya hidup sehat dan memantau kesehatan mereka secara teratur.
Pemantauan adalah salah satu cara paling efektif untuk mengoptimalkan pencegahan penyakit. Berbagi data juga sama pentingnya – ini akan membantu praktisi kesehatan dan konsumen mengumpulkan informasi yang dapat ditindaklanjuti yang didukung oleh riwayat kesehatan, menghasilkan rekomendasi kesehatan yang lebih baik untuk mencegah penyakit,” kata Pim dalam keterangan yang diterima Suara.com.
Perempuan di Asia memerlukan lebih banyak dukungan agar dapat membantu mereka memprioritaskan kesehatan mereka sendiri sehingga antara pekerjaan, keluarga, dan tanggung jawab pribadi menjadi seimbang. Dalam survei tersebut, pendidikan tentang hidup sehat dan lebih banyak pengetahuan tentang penggunaan teknologi kesehatan pribadi untuk pemantauan kesehatan adalah cara utama yang dikutip oleh perempuan guna mendorong tindakan kesehatan preventif.
Baca Juga: Cegah Stunting, Ini 5 Jenis Skrining Kesehatan yang Perlu Calon Pengantin Lakukan Sebelum Menikah
Di Indonesia sendiri, 64,4 persen perempuan cenderung bertindak berdasarkan data kesehatan jika direkomendasikan oleh dokter atau praktisi perawatan kesehatan. Testimonial tentang bagaimana orang lain membuat perubahan gaya hidup berdasarkan data kesehatan digital dan saran yang diminta dalam teknologi serta perangkat kesehatan merupakan salah satu cara lain yang dapat mendorong orang untuk bertindak berdasarkan data kesehatan.
43 persen responden di Indonesia yang disurvei saat ini telah menggunakan teknologi dan perangkat kesehatan pribadi untuk memantau kesehatan mereka secara aktif. Tiga tahun dari sekarang, 87 persen responden wanita berencana untuk melacak kesehatan umum mereka menggunakan teknologi dan perangkat kesehatan pribadi mereka lebih daripada yang dilakukan hari ini.
“Sebagai anggota dari industry kesehatan, perempuan dapat memberikan informasi dan pengetahuan terkait permasalahan utama yang dihadapinya serta isu-isu kesehatan. Wawasan dan kontribusi dari perempuan mendorong perubahan yang berarti dan meningkatkan solusi perawatan kesehatan bagi para perempuan. Oleh karena itu, sangat penting adanya perempuan di berbagai tingkat pengambilan keputusan dalam perawatan kesehatan – untuk menjembatani kesenjangan dalam perawatan kesehatan perempuan," ujar Caroline Clarke, CEO & EVP, Philips ASEAN Pacific.
Berita Terkait
Terpopuler
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- Daftar HP Xiaomi yang Terima Update HyperOS 3 di Oktober 2025, Lengkap Redmi dan POCO
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?
-
Manfaat Jeda Sejenak, Ketenangan yang Menyelamatkan di Tengah Hiruk Pikuk Kota
-
WHO Apresiasi Kemajuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Herbal Modern
-
Stop Diet Ekstrem! 3 Langkah Sederhana Perbaiki Pencernaan, Badan Jadi Lebih Sehat
-
Prodia Skrining 23.000 Lansia di Indonesia, Dukung Deteksi Dini dan Pencegahan Demensia