Suara.com - Kebutuhan akan lasik mata di Indonesia ternyata meningkat. Operasi bedah pada mata itu bertujuan untuk memperbaiki kualitas penglihatan bagi orang yang memiliki gangguan silinder juga rabun jauh.
Direktur Ciputra SMG Eye Clinic drg. Ferra J. Papilaya, MM., MARS., mengatakan, alasan masyarakat yang melakukan lasik mulai dari agar terlepas dari penggunaan kacamata hingga kepentingan sekolah dan profesi.
"Permintaannya meningkat karena memang juga kebutuhan mereka ingin lebih nyaman tanpa kacamata. Ada juga karena keburuhan harus masuk pendidikan tertentu atau mereka ingin masuk angkatan di mana syaratnya mereka harus lepas kacamata," tutur dokter Ferra saat grand opening Ciputra SMG Eye Clinic cabang Pondok Indah, Jakarta, Senin (15/5/2023).
Menurut dokter Ferra, klinik mata di Indonesia kini makin digandrungi oleh masyarakat untuk lakukan lasik di dalam negeri. Bahkan bila di antara negara-negara Asia, Indonesia rupanya mendominasi jumlah operasi lasik yang dilakukan per tahun.
"Dibandingkan negara-negara di Asia kami termasuk klinik yang sangat dominan dalam lakukan lasik. Sebelum ada Ciputra SMG Eye Clinic, pasien Indonesia banyak yang lakukan lasik di Singapura," ungkapnya.
Terkait harga, dokter Ferra mengungkapkan kalau biaya untuk operasi lasik mencapai puluhan juta rupiah.
"Untuk harga lasik di Rp 36 (juta) sampai Rp 40 (juta). Itu dilakukan untuk dua mata," ungkapnya.
Indonesia diklaim telah jadi salah satu negara terdepan dalam operasi lasik. Hal tersebut karena penggunaan mesin lasik dengan teknologi terbaru berupa Relex Smile dan Relex Smile Pro yang membuat proses pembedahan jadi 2-3 kali lebih cepat.
Dokter spesialis mata Ciputra SMG Eye Clinic cabang Pondok Indah dr. Devy Mandagi, SpM., mengatakan kalau lasik menggunakan alat tersebut hanya dibutuhkan waktu delapan detik. Selain itu, alat tersebut juga belum banyak dimiliki negara-negara lain di Asia.
"Pengerjaan sangat cepat hanya delapan detik. Dalam 24 jam pasien bisa aktivitas seperti biasa. Hanya untuk berenang harus menunggu satu bulan. Di beberapa negara alat ini belum ada, Korea bahkan belum, Singapur belum, Malaysia juga belum," kata dokter Devy.
Hanya saja, tidak semua orang dengan permasalahan maya minus maupun cilinder bisa dilakukan lasik. Dokter akan lakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum operasi.
Apabila ditemukan kalau kornea telaku tipis atau bentuknya tidak normal, menurut dokter Devy, kemungkinan lasik tidak bisa dilakukan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?