Suara.com - Jarang yang tahu bahwa dunia berada di kondisi pandemi senyap resistensi antimikroba atau resisten antibiotik. Kondisi ini bisa berbahaya, karena bisa membuat seseorang mudah sakit karena infeksi bakteri.
AMR atau Resistansi antimikroba adalah kondisi berkurangnya kemampuan obat-obatan antimikroba dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit di tubuh pasien.
Salah satu penyebabnya adalah penggunaan antimikroba, termasuk antibiotik dan antijamur, yang tidak tepat baik dari sisi indikasi, dosis, dan rute atau cara pemberiannya.
Tapi tidak jarang juga ditemukan pasien yang kondisi badannya dari semula memang tidak dapat merespon antibiotik yang diberikan. Laporan WHO menyebut resistensi antimikroba telah menyebabkan sekitar 1,27 juta kematian di seluruh dunia pada 2019.
"Resistensi antimikroba adalah ancaman serius yang jarang disadari, bagaikan pandemi senyap. Padahal, kondisi ini dapat terjadi di mana pun, termasuk di bagian rumah sakit yang diawasi ketat seperti di ruang perawatan intensif alias intensive care unit (ICU)," ujar Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Sub Spesialis Intensive Care, dr. Pratista Hendarjana melalui keterangan yang diterima suara.com, Kamis (19/6/2023).
"Pasien yang dirawat di ICU sedang dalam kondisi kritis dan biasanya memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, menjadikan mereka rawan terhadap risiko AMR,” sambung dr. Pratista.
Dokter yang berpraktik di salah satu rumah sakit di Kabupaten Bekasi itu mengingatkan penggunaan atau pemberian resep antibiotik maupun antijamur, seperti di ICU sekalipun harus dilakukan dengan bijak dan rasional. Sikap ini diperlukan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik.
"Pasien mengalami resistensi antimikroba, sehingga infeksi lebih sulit disembuhkan, waktu perawatan pun jadi lebih lama, dan memperbesar biaya perawatan di rumah sakit," lanjut dr. Pratista.
Adapun keahlian tenaga kesehatan jadi salah satu penentu pencegahan resistensi antimikroba di ICU. Namun, diperlukan pula peran serta pasien dan anggota keluarga yang mendampingi perawatan di rumah sakit.
Baca Juga: Status Pandemi Dicabut, Sultan Sebut Biaya Pasien Covid-19 Ditanggung Pemerintah
“Komunikasi yang efektif antara pasien atau anggota keluarganya dengan tenaga kesehatan dapat membantu menekan risiko terjadinya resistensi antimikroba di ICU, bahkan meningkatkan kualitas perawatan secara umum,” tambah dia.
Komunikasi dua arah ini akan memungkinkan keluarga pasien lebih sadar dan paham risiko terjadinya resistensi antibiotik. Jadi tidak ada salahnya meminta penjelasan petugas medis, alasan atau urgensi pemberian antibiotik pada keluarga yang sedang dirawat di ICU.
“Pasien dan keluarganya berhak untuk bertanya, serta mendapatkan informasi dan edukasi yang memadai mengenai alasan, jenis, dosis, lama penggunaan, manfaat, dan risiko terkait penggunaan antimikroba di ICU," terangnya.
Adapun tenaga medis yang mendapat pertanyaan tersebut, wajib memberikan penjelasan rinci alasan pemberian antibiotik penting untuk penyakit yang sedang dilawan pasien.
"Tindakan medis yang perlu dilakukan dan komplikasi yang kemungkinan terjadi, serta tindakan medis alternatif yang dapat dilakukan serta resikonya," tutup dr. Pratista.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan