Suara.com - Obesitas atau kelebihan berat badan sudah sebaiknya dianggap sebagai suatu penyakit bukan lagi sekadar persoalan penampilan fisik. Pasalnya, orang yang mengalami obesitas sering kali juga mengidap penyakit lainnya, seperti diabetes dan hipertensi.
Dokter spesialis gizi klinik Slimming Center by Dr. Wong, dr. Nathania, Sp.GK., menjelaskan bahwa obesitas bisa menyebabkan terjadinya kondisi sindroma metabolik atau penyakit gangguan metabolisme tubuh. Kondisi itu terjadi akibat banyaknya peradangan yang terjadi akibat bobot tubuh terlalu besar.
"Obesitas itu menyebabkan terjadinya peradangan di tubuh, peradangannya kecil-kecil tapi menyeluh," kata dokter Nathania ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Peradangan dalam tubuh yang terjadi terus menerus pada akhirnya bisa merusak pembuluh darah juga organ lainnya. Selain itu, penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh pun memperberat beban kerja organ.
"Terlalu banyak lemak di tubuh juga kan gak bagus karena mengeluarkan sel-sel kecil yang bikin badan gak segar. Meskipun sudah makan juga tetap lapar, alarm kenyangnya ilang atau menurun," jelas dokter Nathania.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, kasus obesitas di Indonesia memang masih tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 tercatat bahwa 2 dari 10 orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas.
Menurut dokter Nathania, faktor gaya hidup kurang gerak juga pola makan tidak sehat jadi penyebab utama banyak orang alami obesitas.
"Karena orang maunya instan, budaya makan karbohidrat tinggi. Makanan gak boleh cuma karbohidrat aja, tapi juga proteinnya. Boleh makan nasi tapi harus ada protein dari ikan, telur, daging. Selain gaya hidup instan, kekurangan protein, terlalu banyak makan karbo, juga malas gerak," ujarnya.
Ia juga menyampaikan kalau penanganan obesitas harus dilakukan seperti pengobatan penyakit pada umumnya. Sehingga masyarakat bisa lebih mawas diri untuk menjaga kesehatannya.
Baca Juga: 7 Penyebab Susah BAB saat Diet, Efek Sembarangan Pilih Makanan hingga Pertanda Stres
"Kita harus mengubah paradigma obesitas bukan hanya estetik, tapi tentang penyakit. Obesitas harus kita treat seperti penyakit lainnya," kata dokter Nathania.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah