Suara.com - Stunting merupakan kondisi anak yang lahir pendek dan kecil, membuatnya berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang hingga penyakit tidak menular saat dewasa. Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi seimbang yang dimakan oleh ibu selama kehamilan.
Meski begitu, gizi bukan satu-satunya penyebab stunting. Aspek lain seperti kebersihan lingkungan tempat tinggal juga memengaruhi risiko terjadinya stunting pada anak. Lalu, bagaimana penanganan yang tepat?
Bintang Puspayoga, S.E, M.Si, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengatakan masalah kesehatan anak di Indonesia mencakup berbagai aspek yang hanya bisa diatasi secara kolektif. Oleh karena itu, komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi anak-anak Indonesia perlu diwujudkan, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang produktif dan berdaya saing untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik.
"Anak-anak termasuk kelompok rentan terhadap beberapa gangguan kesehatan seperti stunting dan penyakit yang mengancam jiwa seperti demam berdarah dengue. Terlebih lagi, polusi udara di wilayah Jabodetabek saat ini sangat tinggi dimana anak-anak adalah kelompok yang paling rentan untuk terdampak. Saya harap hal ini juga dapat dijadikan bahan diskusi pada hari ini,” ungkapnya dalam diskusi publik Mewujudkan Lingkungan yang Sehat dan Aman untuk Anak, belum lama ini.
Sementara itu, Ir. Aryana Satrya, M.M., Ph.D., selaku Ketua PKJS UI menegaskan komitmen PKJS-UI dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. PJKS-UI sangat bangga dapat berkolaborasi dengan KemenPPPA, Kemenkes dan Takeda dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia.
"Melalui penelitian, pendidikan, dan keterlibatan masyarakat, kami berupaya mengembangkan strategi yang efektif untuk mengatasi masalah gizi buruk pada anak dan meningkatkan kesehatan dan perlindungan penyakit bagi anak secara keseluruhan di Indonesia," ungkap Aryana.
Terkait dengan pencegahan demam berdarah dengue, Takeda sebagai perusahaan biofarmasi terkemuka yang berbasis penilitian dan pengembangan (R&D) menghadirkan pencegahan inovatif melawan demam berdarah dengue melalui vaksinasi. Takeda bertujuan untuk mencegah penyebaran demam berdarah dengue demi melindungi anak-anak Indonesia dari ancaman kesehatan yang serius ini serta membantu pemerintah dalam meraih target Nol Kematian Akibat Demam Berdarah Dengue Tahun 2030.
Andreas Gutknecht, General Manager Takeda mengatakan pihaknya berkomitmen untuk membantu mengatasi penyakit serius pada anak seperti leukimia atau penyakit langka seperti hemofilia.
"Tentunya hal yang lebih baik dari mengobati penyakit adalah mencegahnya, dan kami amat bangga bahwa vaksin demam berdarah dengue kami dapat membantu para orang tua untuk melengkapi perlindungan keluarga mereka dari penyakit yang mengancam jiwa, yaitu demam berdarah dengue," paparnya lagi.
Baca Juga: 5 Pilihan Tepung Bebas Gluten sebagai Alternatif Pengganti Tepung Terigu
Diskusi publik kolaboratif bertema “Mewujudkan Lingkungan yang Sehat dan Aman untuk Anak” ini akan dimulai dengan memetakan kesehatan anak. Mulai dari stunting akibat gizi buruk sampai dengan angka kematian anak di bawah usia lima tahun di Indonesia serta prevalensi penyakit infeksi seperti diare, ISPA dan demam berdarah.
Sebagai salah satu peserta dari sektor swasta dalam diskusi publik ini, Managing Director PT Good Doctor Technology, Danu Wicaksana, mengatakan Good Doctor mengapresiasi upaya Kementerian PPPA, Kementerian Kesehatan, PKJS UI, dan Takeda dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak Indonesia dengan menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi mereka termasuk dari ancaman dengue yang membahayakan jiwa.
"Langkah ini sungguh tepat mengingat bahwa anak-anak merupakan kelompok rentan yang perlu dilindungi sekaligus di tangan merekalah masa depan bangsa ini. Sebagai penyedia layanan kesehatan berbasis teknologi, Good Doctor siap mendukung hasil dari diskusi publik ini karena Good Doctor menyadari bahwa dalam upaya melindungi dan memenuhi hak anak merupakan tanggung jawab kita semua sebagai satu bangsa," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter