Suara.com - Masih banyak orangtua tidak tahu fenomena ambliopia atau mata malas pada anak yang bisa menganggu proses belajarnya, karena hanya bisa melihat dengan satu mata. Lantas, gimana cara mendeteksi tanda mata malas pada anak?
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) DKI Jakarta Raya, dr. Julie Dewi Barliana, SpM(K), M. Biomed menjelaskan salah satu penyebab mata malas adalah potensi mata juling atau strabismus yang bisa dilihat sejak usia anak di atas 6 bulan.
"Mata malas gangguan meliat, susah itu deteksi satu mata, satunya bisa lihat dan satu tidak bisa," ujar dr. Julie dalam acara Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC Menteng, Sabtu, 14 Oktober 2023.
Mata malas adalah gangguan penglihatan pada salah satu mata karena saraf yang menghubungkan otak dan mata tersebut tidak terhubung dengan baik.
Akibatnya, kemampuan penglihatan pada mata tersebut menurun, sedangkan mata yang lain dapat melihat dengan jelas. Jika tidak ditangani, mata malas bisa menetap hingga dewasa.
Tak hanya memengaruhi produktivitas penderitanya, ambliopia atau mata malas bahkan dapat mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan dengan berbagai derajat keparahan dan tingkat risiko mencapai 50 hingga 73 persen.
dr. Julie menjelaskan tanda mata malas pada anak bisa dilihat dari perilakunya menonton televisi (TV). Anak melihat TV dengan posisi yang sangar dekat. Kondisi ini terjadi bukan karena anak tidak bisa melihat jauh atau rabun jauh, tapi karena tanda mata malas.
"Orangtua melihat anak sering dekat dengan TV, jadi saat anak terlihat mendekat, itu tanda anak harus skrining lebih cepat suapaya tidak terlambat," jelas dr. Julie.
Adapun penanganan yang biasanya dilakukan dengan menutup mata normalnya, dan memaksa mata malasnya untuk mau bekerja sehingga dua mata bisa bekerja sepenuhnya.
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Mata Merah Akibat Iritasi, Lakukan Senam Mata Ringan
Menariknya, game virtual ternyata kata dr. Julie bisa digunakan untuk mengatasi mata malas loh. Tapi dengan syarat penggunaanya maksimal sehari hanya 20 menit dan tidak boleh berlebihan.
"Karena kan game virtual ini akan memaksa kedua bola mata bekerjasama, saling bekerja untuk melihat game, tapi tentu dengan batasan ya," jelas dr. Julie.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
Terkini
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C