Suara.com - Katarak adalah penyakit yang menyebabkan lensa mata menjadi keruh, dan hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab kebutaan utama di Indonesia. Ironisnya, meskipun operasi katarak tergolong aman dan efektif untuk mengembalikan penglihatan, banyak masyarakat yang enggan menjalaninya.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut mayoritas atau 51,6 persen penderita belum melakukan operasi katarak karena mereka tidak sadar dirinya mengidap gangguan penglihatan ini.
Hal ini didukung oleh pernyataan Dokter Spesialis Mata sekaligus Direktur Utama RS Mata JEC Kedoya Dr. dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), yang mengungkap bahwa mayoritas penderita katarak tidak sadar telah mengalami gangguan penglihatan. Itu sebabnya, ia menekankan pentingnya pemeriksaan mata secara berkala, untuk mengantisipasi gangguan penglihatan.
"Pemeriksaan mata secara berkala sebagai langkah antisipatif yang jitu untuk penanganan gangguan mata sedini mungkin, termasuk katarak," ujar Dr. Setiyo dalam acara Peringatan Bulan Kesadaran Katarak JEC dan PERDAMI Kesadaran pada bulan Juni 2024 lalu.
Ia menambahkan, dengan mengetahui kondisi katarak sejak awal, maka penanganan katarak bisa lebih mudah termasuk bisa terhindar dari risiko semakin menurunnya kualitas hidup, akibat pandangan yang semakin kabur.
"Pun bagi penderita katarak yang sampai tahap buta, tak perlu berkecil hati. Tindakan operasi katarak dengan beragam opsi merupakan solusi untuk mengembalikan kondisi pandangan seperti semula, sebelum terserang katarak. Dengan catatan, tidak ada kelainan pada saraf mata pasien,” papar Dr. Setiyo.
Selain mayoritas yang tidak sadar dirinya mengidap katarak, ada sebanyak 11,6 persen masyarakat penderita yang tidak mampu membiayai operasi katarak, serta 8,1 persen merasa takut dioperasi.
Ketakutan masyarakat terhadap operasi katarak diduga lantaran mereka belum mengetahui tentang apa itu katarak dan bahaya yang mengintai di baliknya. Bahkan, bisa jadi mereka tidak menyadari bahwa penglihatan yang kabur atau berawan bisa menjadi tanda katarak, sehingga menunda memeriksakan diri ke dokter.
Kurangnya edukasi dan informasi yang mudah diakses juga menjadi faktor penghambat, di mana masyarakat mungkin terpapar mitos atau informasi yang salah tentang operasi katarak, sehingga menimbulkan rasa takut dan keraguan.
Baca Juga: Pakai Metode SICS, Ratusan Orang di Jateng dan Sulteng Ikut Operasi Katarak Gratis
Selain itu, operasi katarak, meskipun tergolong aman, tetap saja dapat menimbulkan rasa cemas dan ketakutan bagi sebagian orang. Kekhawatiran akan rasa sakit, komplikasi, atau kegagalan operasi juga menjadi salah satu alasan utama penolakan.
Dalam acara yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Prof. Dr. Budu, Ph.D, Sp.M(K) menjelaskan bahwa katarak masih jadi momok terbesar gangguan penglihatan di dunia. Di Indonesia, bahkan ada 1,6 juta orang mengalami kebutaan, dan mayoritas alias 80 persen di antaranya disebabkan katarak.
Lebih lanjut, Prof. Budu menegaskan bahwa katarak bisa menyerang semua kategori usia, termasuk anak pada kondisi tertentu.
"Semua orang bisa terkena katarak, dan penanganannya hanya melalui tindakan operasi, karenanya kita harus melakukan sosialisasi dan edukasi yang masif kepada seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah melalui PERDAMI berpesan agar kita bisa bersama-sama menekan angka kebutaan minimal 25 persen pada 2030 mendatang,” papar Prof. Budu.
Prosedur operasi katarak adalah salah satu operasi mata yang paling umum dan aman, dan dapat membantu mengembalikan penglihatan yang signifikan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru