“Saya yakin bahwa dengan dedikasi berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan bersama nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” ujarnya.
Komitmen kuat untuk mencegah DBD, tidak hanya datang dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari program percontohan yang digagas oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, untuk memvaksinasi 9.800 anak-anak usia sekolah dasar di kota Balikpapan yang kemudian dilanjutkan ke kota Samarinda.
Selain itu, baru-baru ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo meluncurkan program serupa yang menyasar anak Sekolah Dasar dan MI, didanai murni oleh APBD.
Kabupaten Probolinggo merupakan kabupaten dengan kasus DBD tertinggi kedua di Jawa Timur (2309 kasus hingga Agustus 2024), sementara Jawa Timur sendiri merupakan provinsi dengan dengan kasus DBD tertinggi kedua nasional.
Sasaran pemberian vaksinasi DBD kepada 1.120 siswa Sekolah Dasar dimulai di wilayah kerja Puskesmas Paiton, sebagai daerah dengan jumlah kasus tertinggi di Kab. Probolinggo.
Oleh karena itu Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht berpendapat semua pihak perlu berperan aktif dalam mencegah DBD untuk membuat perubahan.
“Pencegahan adalah kunci melawan DBD. Ada tiga langkah yang bisa kita lakukan bersama-sama yaitu mengedukasi diri sendiri dan orang lain seputar DBD serta pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan 3M Plus, dan terakhir memanfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin DBD. Bersama-sama kita bisa membuat perbedaan,” terangnya.
Oleh karena itu Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K) mengatakan, masyarakat perlu mengenal tanda dan gejala dengue.
"Ada tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue selama tujuh hari, yang meliputi fase demam, fase kritis, dan pemulihan," jelasnya.
Fase kritis ditandai dengan turunnya demam. Apabila ada salah satu saja tanda bahaya, seperti nyeri perut hebat, muntah-muntah, perdarahan, lemah atau gelisah; harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Baca Juga: 3 Cara Cegah DBD, Harus Dilakukan Ibu di Rumah
“Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, sehingga pencegahan menjadi krusial. Upaya ini harus dimulai dari tingkat terkecil yaitu diri sendiri dan keluarga,” imbuh perempuan yang akrab disapa dr. Anggi ini.
Gerakan 3M Plus dan vaksinasi, sambung dia, adalah langkah penting untuk melindungi keluarga dari ancaman dengue.
Namun, untuk mencapai perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis vaksin dengue sesuai yang direkomendasikan dokter.
“Dengan begitu, risiko keparahan dan rawat inap akibat dengue dapat berkurang secara signifikan. Meskipun anak adalah yang paling rentan terjangkit, tetapi remaja dan dewasa tetap perlu perlindungan karena penyebaran virus dengue tidak terbatas usia, di mana seseorang tinggal, serta gaya hidup mereka," jelasnya.
Dengan kepemimpinan Indonesia yang nyata dalam penanggulangan DBD, Takeda berkomitmen untuk terus mendukung program pemerintah melalui inovasi pencegahan dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
"Kami akan membawa strategi dan inisiatif pencegahan DBD yang dijalankan di Indonesia sebagai salah satu pembelajaran untuk memformulasikan penanganan DBD yang lebih baik demi menciptakan masa depan yang lebih sehat dan bebas dari ancaman DBD," tutup Derek.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif