Suara.com - Kecemasan berpengaruh terhadap kreativitas seseorang. Fakta ini terungkap dari hasil studi yang dipublikasikan dalam The Journal of Creative Behavior.
Dikutip dari Hindustan Times, penelitian ini melibatkan 647 peserta untuk memahami dampak kecemasan terhadap kreativitas. Para peserta dikelompokkan berdasarkan tingkat kecemasan mereka dan diberikan dua tugas, yakni mencari cara mengumpulkan uang dalam waktu cepat serta membayangkan skenario kencan pertama.
Dalam tugas kencan, satu kelompok diminta memikirkan cara agar kencan berjalan lancar, sementara kelompok lain membayangkan kemungkinan skenario buruk yang bisa terjadi. Para peneliti kemudian menilai jumlah dan keunikan ide yang dihasilkan oleh masing-masing peserta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta dengan tingkat kecemasan tinggi cenderung menghasilkan lebih banyak ide, terutama dalam skenario negatif.
Namun, ide-ide mereka sering kali berulang dan kurang inovatif. Sebaliknya, peserta dengan tingkat kecemasan rendah menghasilkan lebih sedikit ide, tetapi ide tersebut lebih unik dan kreatif.
Menariknya, ketika dihadapkan pada tugas keuangan yang menuntut solusi nyata, para peserta secara umum menghasilkan lebih sedikit ide dibandingkan saat mengerjakan tugas tentang kencan.
Dalam konteks ini, ide-ide mereka dinilai berdasarkan kepraktisan, orientasi tujuan, serta aspek moralitas, menunjukkan bahwa dalam situasi nyata, kreativitas lebih dipengaruhi oleh pemecahan masalah daripada imajinasi semata.
Studi ini membandingkan dua jenis kreativitas, yaitu kreativitas hipotetis yang ditunjukkan dalam tugas kencan, serta kreativitas praktis yang diuji dalam skenario keuangan. Dalam skenario hipotetis, peserta dengan kecemasan tinggi cenderung menghasilkan banyak ide yang kurang orisinal.
Sebaliknya, dalam skenario praktis, mereka lebih sedikit menghasilkan ide, tetapi ide-ide tersebut lebih fokus pada kepraktisan dan tanggung jawab moral.
Kesimpulan dari penelitian ini menyoroti bahwa meskipun kecemasan dapat memicu munculnya banyak ide, orisinalitas lebih berkembang dalam kondisi emosional yang positif.
Pola pikir positif dianggap penting untuk menghasilkan ide yang inovatif karena memungkinkan pemikiran yang lebih luas dan fleksibel. (antara)
Berita Terkait
-
Eco-Anxiety Bukan Penyakit: Saat Kecemasan Iklim Menggerakkan Perubahan
-
Stop Paksa Bahagia! Inilah Bahaya Tersembunyi dari 'Toxic Positivity' yang Wajib Kamu Tahu
-
Kepala 'Meledak' Gara-gara Overthinking? Ini 6 Jurus Jitu buat Bungkam Pikiranmu
-
Saat Like dan Views Jadi Penentu Harga Diri: Bagaimana Medsos Meracuni Otak Kita?
-
Tergulung Doomscrolling, Ketika Layar Jadi Sumber Cemas
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?