Suara.com - Meski terdengar mengerikan dan identik dengan kondisi darurat medis, pecah pembuluh darah atau stroke hemoragik sejatinya bukanlah takdir yang tak bisa dicegah.
Menurut dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM, dokter spesialis penyakit dalam hemato-onkologi medik di RS Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta, kunci utama untuk mencegah kondisi ini bahkan bisa diterapkan pada mereka yang pernah mengalami stroke sebelumnya.
“Pecah pembuluh darah adalah kondisi yang bisa dicegah, bahkan pada mereka yang sudah pernah stroke. Kuncinya ada pada pengendalian tekanan darah, gaya hidup sehat, dan pemeriksaan rutin, terutama pada usia lanjut,” ujarnya dikutip dari ANTARA pada Sabtu (12/4/2025).
Dalam dunia medis, istilah pecah pembuluh darah merujuk pada stroke hemoragik, yakni ketika pembuluh darah di otak robek dan menyebabkan perdarahan.
Ini berbeda dari stroke iskemik, yang disebabkan oleh sumbatan aliran darah ke otak dan merupakan jenis stroke paling umum (sekitar 80–85 persen kasus). Sementara itu, stroke hemoragik mencakup 15–20 persen kasus, namun cenderung lebih berat dan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
Faktor Risiko yang Perlu Diwaspadai
Dr. Andhika menjelaskan bahwa faktor risiko utama dari pecah pembuluh darah adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
Selain itu, kondisi seperti aneurisma otak, yaitu pelebaran dinding pembuluh darah yang bisa pecah sewaktu-waktu, juga menjadi ancaman serius.
Kelainan bawaan seperti malformasi arteri-vena, cedera kepala, konsumsi obat pengencer darah, kolesterol tinggi, dan gaya hidup tidak sehat turut memperbesar risiko.
Baca Juga: 7 Kebiasaan yang Baik untuk Kesehatan Otak
Yang perlu diwaspadai, kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan cepat merusak jaringan otak. Karena itu, deteksi dini dan gaya hidup sehat menjadi benteng utama dalam pencegahan.
Strategi Pencegahan: Fisik, Psikis, dan Sosial
Pencegahan pecah pembuluh darah bukan hanya soal meminum obat. Dr. Andhika menekankan pentingnya pendekatan menyeluruh. Secara fisik, rutin memantau tekanan darah sebulan sekali, disiplin mengonsumsi obat antihipertensi, serta melakukan pengecekan jantung, gula darah, dan kolesterol setiap 3–6 bulan sangat dianjurkan.
Dari sisi pola makan, konsumsi makanan rendah garam, tinggi serat, cukup protein, serta memastikan tubuh tetap terhidrasi menjadi hal krusial.
Bagi mereka yang memiliki riwayat hipertensi, pembatasan konsumsi garam adalah langkah penting. Selain itu, kontrol rutin ke dokter saraf atau spesialis penyakit dalam juga sangat disarankan, terlebih jika ada riwayat aneurisma atau stroke sebelumnya.
Namun pencegahan tidak berhenti di situ. “Pencegahan juga harus menyentuh aspek psikis dan sosial, terutama bagi lansia,” tutur dr.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern