Suara.com - Ibu hamil di Indonesia kerap dihadapkan pada kekurangan gizi makro, salah satunya protein alias defisiensi protein. Apalagi masih adanya stigma makan banyak protein dianggap rakus, padahal ibu hamil kekurangan gizi bisa berbahaya.
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, MKes, FICS, FESICOG bercerita mayoritas masyarakat Indonesia alami defisiensi protein atau kekurangan protein. Ia mencontohkan, potret ini terlihat dari kebiasaan makan untuk tambah nasi, dibanding tambah ayam atau ikan di waktu makan.
"Seumpama makan nasi, kalau di Indonesia, makan ayam 3 takut disangka rakus. Ambil 3 ayam di rumah eyang dibilang takut yang lain tidak kebagian. Bahkan nasi goreng aja ayamnya seikit disuwir-suwir," ujar dr. Dara dalam peluncuran kampanye Siapa Takut Jadi Ibu! oleh Prenagen di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Akhirnya pola makan serupa diterapkan untuk semua orang, termasuk ibu hamil. Padahal kata dr. Dara, asupan protein tidak bisa diabaikan untuk kesehatan ibu dan janin. Ini karena protein adalah zat pembangun dan pembentuk. Inilah sebabnya orang yang membentuk otot dan kebugaran perlu mengonsumsi banyak protein.
"Protein ini zat pembangun, makanya Ade Rai (Binaragawan) makan berapa telur per hari, ditambah minum susu protein untuk membangun otot. Jadi buka cuma otot, janin juga dibentuk dan dibangun dengan protein," jelas dr. Dara.
Bahkan efek 'ajaib' protein ini juga tidak main-main sebagai zat penyembuh, kata dia, ibu hamil yang melahirkan dengan metode caesar tapi kekurangan protein, membuatnya cenderung lebih lama bisa pulih.
"Ibu melahirkan abis caesar kurang protein itu lama sembuhnya. Termasuk kalau ada luka itu lukanya lama keringnya. Protein itu tidak harus ayam ya, ada daging sapi, ikan jadi disesuaikan mana yang paling suka," papar dr. Dara.
Ia menambahkan, saran porsi makan yang baik termasuk untuk ibu hamil yaitu 50 persen protein, 25 persen karbohidrat dan 25 persen serat. Sehingga minimal setengah piring terdiri dair protein.
"Kalau buat vegetarian, bisa cari sumber protein nabati tapi harus beragam dan banyak ya," katanya.
Baca Juga: Lagi! Puluhan Siswa di Cianjur Keracunan usai Santap MBG, Kepala BGN Bilang Begini
Lebih lanjut dr. Dara juga menyarankan pasangan suami istri untuk lebih mempersiapkan kehamilan, dengan cara ini calon ibu atau ayah bisa menurunkan rasa khawatir tentang kesehatan hingga masa depan buah hati.
Apalagi data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022,
sekitar 8,2% perempuan Indonesia berusia 15–49 tahun yang sudah menikah, memilih untuk menunda atau bahkan menghindari kehamilan.
Angka ini mencerminkan perubahan sikap terhadap peran ibu dan kehamilan di kalangan generasi muda. Fenomena ini tercatat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kesiapan mental, kekhawatiran atas kestabilan ekonomi, tekanan sosial, serta pertimbangan karier dan kehidupan pribadi.
Brand Group Manager Prenagen, Junita membenarkan saat ini perempuan calon ibu modern sudah lebih sadar jika kehamilan bukanlah sekadar proses reproduksi atau biologis, tapi harus ada pertimbangan kompleks di dalamnya.
"Di tengah-tengah itu, ada banyak dinamika emosional, tekanan sosial, dan pertimbangan personal yang tidak selalu terlihat. Sayangnya, banyak perempuan yang masih dituntut harus 'siap' secara instan tanpa ruang untuk beradaptasi, memahami betul transformasi ini secara menyeluruh ataupun jujur terhadap keraguan dan ketakutan yang mereka rasakan," papar Junita.
Cerita menarik juga dibagikan Content Creator, Namira Adzani yang menyarankan untuk saling berbagi dengan para calon ibu dan perempuan yang sudah menjadi ibu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan