Suara.com - Maraknya tren olahraga padel di kalangan masyarakat urban Indonesia ternyata membawa tantangan baru di bidang kesehatan mata. Selain memberikan dampak positif pada kesehatan fisik, rupanya olahraga tersebut juga memberikan efek negatif .
Dokter spesialis mata lulusan Universitas Indonesia, Dr. Referano Agustiawan, SpM(K), mengingatkan bahwa olahraga padel yang tengah naik daun tersebut berisiko tinggi menyebabkan cedera mata serius jika tidak diimbangi dengan kesadaran akan keamanan.
Referano memaparkan bahwa dirinya sudah menangani sejumlah kasus cedera mata akibat padel yang cukup kompleks dan mengkhawatirkan. Menurutnya, masyarakat perlu mendapatkan edukasi untuk memilih olahraga yang tepat dengan kondisi fisiknya.
“Sekarang banyak yang suka padel. Bolanya cepat sekali. Saya sudah beberapa kali menangani kasus mata karena bola padel, dan itu bisa sangat kompleks,” ungkapnya dikutip dari ANTARA pada Sabtu (26/4/2025).
Padel sendiri merupakan olahraga asal Meksiko yang semakin digemari karena dinamis dan mudah dimainkan. Sekilas mirip tenis, padel dimainkan di lapangan yang lebih kecil dan dikelilingi dinding.
Raket padel terbuat dari bahan padat tanpa senar, sementara bolanya lebih ringan dibanding bola tenis. Kombinasi ini menjadikan padel sebagai permainan cepat dan penuh tantangan.
Namun di balik popularitasnya, menurut Referano, padel memiliki potensi risiko cedera mata yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan tenis atau bulu tangkis.
“Bola padel itu cepat sekali, tidak bisa terdeteksi pelan-pelan oleh mata seperti bulu tangkis. Selain itu, raket padel yang padat bisa saja mengenai mata jika tidak hati-hati saat bermain dengan pasangan,” jelas Direktur Utama JEC @Menteng itu.
Trauma mata akibat padel bisa menimbulkan berbagai komplikasi, mulai dari gangguan pada kornea, retina, hingga memicu glaukoma atau bahkan kombinasi dari semuanya.
Baca Juga: Menangis Bukan Berarti Lemah, 5 Karakter Anime Buktikan Kekuatan Air Mata
“Banyak yang tidak sadar bahwa olahraga ekstrem, termasuk padel, bisa menimbulkan gangguan mata yang kompleks. Bukan hanya satu bagian mata yang kena, tapi bisa semuanya—kornea, retina, hingga glaukoma bisa muncul bersamaan,” lanjutnya.
Di luar persoalan cedera akibat aktivitas fisik, Referano juga menyoroti bahaya misinformasi atau mitos yang masih berkembang terkait kesehatan mata di masyarakat. Banyak masyarakat yang masih mengandalkan informasi turun-temurun atau pengobatan alternatif tanpa landasan medis.
“Mitos soal pengobatan mata ini bisa sangat berbahaya. Kalau infeksi mata disebabkan jamur dan tidak ditangani dengan benar, bisa menyebar ke otak karena mata adalah organ yang paling dekat dengan otak,” tegasnya.
Referano menambahkan, kasus mata yang sudah terlanjur kompleks harus segera ditangani oleh dokter spesialis yang memiliki kompetensi sesuai dengan gangguan yang terjadi.
“Tidak bisa hanya ditangani satu jenis dokter mata saja. Harus kolaborasi antara subspesialis, supaya tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut,” jelasnya dokter spesialis mata tersebut.
Peluncuran Matapedia sendiri menjadi salah satu bentuk komitmen dalam meningkatkan literasi masyarakat terhadap kesehatan mata. Referano berharap inovasi dan teknologi di bidang oftalmologi terus berkembang di Indonesia agar mampu memberikan layanan yang lebih baik dan merata.
“Dengan akses informasi yang lebih valid, masyarakat bisa lebih cepat menangani gangguan mata dan mencegah hal-hal yang lebih parah,” pungkasnya.
Sebagai penutup, ia mengimbau masyarakat untuk bijak memilih aktivitas olahraga, serta menggunakan pelindung mata jika diperlukan, terutama dalam olahraga dengan risiko kontak tinggi seperti padel. Kesadaran terhadap pentingnya pemeriksaan rutin dan informasi medis yang valid menjadi kunci dalam menjaga kesehatan mata jangka panjang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas