Cedera Primer: Terjadi pada saat benturan awal. Ini meliputi:
Kontusi (Memar Otak): Kerusakan jaringan otak akibat benturan langsung.
Laserasi: Robekan pada jaringan otak.
Hematoma Intrakranial: Penumpukan darah di dalam tengkorak (epidural, subdural, intraserebral) yang dapat menekan otak.
Cedera Aksonal Difus (DAI): Kerusakan meluas pada serabut saraf (akson) akibat gaya putar atau geser yang kuat pada otak. DAI seringkali menjadi penyebab utama kecacatan parah pada TBI.
Cedera Sekunder: Terjadi beberapa menit, jam, atau hari setelah cedera primer. Ini adalah respons tubuh terhadap cedera awal dan dapat memperburuk kerusakan. Meliputi:
Edema Serebral: Pembengkakan otak yang meningkatkan tekanan intrakranial (TIK).
Iskemia/Hipoksia: Berkurangnya aliran darah atau oksigen ke otak, seringkali akibat tekanan intrakranial tinggi atau syok.
Peradangan: Respons inflamasi yang dapat merusak jaringan otak.
Eksitotoksisitas: Pelepasan neurotransmitter berlebihan yang merusak sel-sel saraf.
2. Cedera Otak Non-Traumatik (Acquired Brain Injury/ABI)
Cedera ini tidak disebabkan oleh benturan fisik, melainkan kondisi internal atau eksternal lainnya. Seperti stroke, yang terjadi akibat aliran darah ke otak terganggu, baik karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kekurangan oksigen dan nutrisi merusak sel-sel otak.
Selain itu juga:
- Anoksia/Hipoksia Otak: Kekurangan oksigen ke otak yang parah atau berkepanjangan. Penyebabnya bisa henti jantung, tenggelam, overdosis obat tertentu, atau tercekik.
- Infeksi Otak (Ensefalitis, Meningitis): Peradangan pada otak atau selaput otak akibat bakteri, virus, atau jamur yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
- Tumor Otak: Pertumbuhan abnormal di dalam otak yang dapat menekan jaringan otak, mengganggu aliran darah, atau menyebabkan edema.
- Keracunan (Misalnya, Karbon Monoksida): Paparan zat beracun yang merusak sel-sel otak.
- Gangguan Metabolik Parah: Kondisi seperti hipoglikemia berat (gula darah sangat rendah) yang berkepanjangan dapat merusak otak.
Berita Terkait
-
Kisah Pangeran Arab "Sleeping Prince" Meninggal Dunia Usai 20 Tahun Koma
-
Apa Arti Jam Koma yang Hits di Kalangan Gen Z? Ternyata Ini Penyebabnya
-
Khamenei Bantah Isu Koma, Unggah Foto Pertemuan dengan Dubes Lebanon
-
Apa Itu Jam Koma? Istilah Viral Gen Z yang Bisa Mengancam Kesehatan Mental, Ini Penjelasan Dokter
-
Apa Penyebab Jam Koma Gen Z? Hati-hati yang Suka Bekerja dan Belajar
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan