Suara.com - Hidup berdampingan dengan orang yang memiliki autisme bisa membuka mata kita akan keunikan dan keberagaman dunia.
Setiap individu membawa cara pandang berbeda yang, bila dihargai, justru membuat hidup lebih kaya warna.
Merayakan keberagaman berarti menerima perbedaan dengan hangat, bukan sekadar menoleransi.
Momen itu terasa nyata pada Minggu pagi yang cerah di Plaza Senayan, Jakarta, saat ribuan orang berkumpul untuk Walk For Autism (WFA) 2025.
Acara yang digagas JCI Nusantara ini bukan hanya soal jalan pagi, tapi juga bentuk dukungan nyata untuk teman-teman autis dan keluarganya. Mengenakan atribut berwarna-warni, para peserta menebar pesan bahwa autisme adalah bagian dari keberagaman yang patut dirayakan.
Ryan Santoso, Project Director WFA 2025, menyatakan, "Melihat ribuan orang berkumpul di sini dengan satu tujuan yang sama, hati saya sangat terharu. Acara ini bukan hanya tentang berjalan, tapi tentang menyatukan langkah kita untuk menciptakan kesadaran bahwa autisme bukanlah hambatan, melainkan bagian dari keberagaman yang harus kita hargai."
Menurut Ryan, setiap langkah yang diambil oleh para peserta memiliki makna mendalam.
"Satu langkah kecil yang kita ambil hari ini membawa dampak besar bagi kehidupan banyak individu autis dan keluarga mereka. Ini adalah bukti bahwa kita peduli dan siap menjadi komunitas yang lebih inklusif," tegasnya.
Dukungan kuat juga datang dari Dr. Chandra Lohisto, Local President JCI Nusantara 2025.
Baca Juga: Dubai Raih Pengakuan sebagai Destinasi Autisme Bersertifikat Pertama di Belahan Bumi Timur
Beliau menekankan pentingnya kolaborasi antar-organisasi dalam mewujudkan misi sosial.
"Partisipasi aktif masyarakat, terutama generasi muda, adalah kunci untuk menciptakan perubahan," katanya.
Menurut Dr. Chandra, dengan semangat kolaborasi dan kepemimpinan yang kuat, kita bisa menciptakan dunia di mana setiap orang, termasuk individu autis, mendapatkan kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang.
Acara WFA 2025 diakhiri dengan pertunjukan dan sesi edukasi, menggarisbawahi pesan bahwa dukungan terhadap autisme adalah tanggung jawab bersama.
Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa kekuatan komunitas dapat menumbuhkan empati, mengubah pandangan, dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi semua.
Dengan begitu, hidup berdampingan dengan autisme bukan lagi sebuah tantangan, melainkan kesempatan untuk merayakan keberagaman dan keunikan setiap individu.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh