- Kisah duka dibagikan oleh Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, Prima Yosephine.
- Kisah itu perihal seorang ibu yang lupa memastikan anaknya mendapat imunisasi DT (kombinasi difteri dan tetanus).
- Kalalaian tersebut berujung peristiwa tragis.
Suara.com - Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, Prima Yosephine membagikan kisah duka tentang seorang ibu tunggal yang kehilangan buah hatinya karena sakit difteri, padahal penyakit itu seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi.
Kisah ini diperoleh Prima melalui platform TikTok dan sukses membuatnya terbawa emosi kesedihan. Ia bercerita, sang ibu yang memiliki dua anak, anak pertama perempuan dan anak kedua laki-laki. Sang ibu tengah disibukkan dengan masalah rumah tangga hingga harus berpisah dengan suami.
Singkat cerita, karena kesibukannya, sang ibu sampai lupa memastikan buah hatinya mendapat imunisasi DT (kombinasi difteri dan tetanus) tambahan atau booster saat anak memasuki usia sekolah. Padahal, saat masih bayi, imunisasi anak tersebut sudah lengkap.
“Kemudian anak itu anak kelas 1 atau kelas 2 SD, tapi tidak pernah mendapat BIAS atau Bulan Imunisasi Anak Sekolah. Dia hanya lengkap waktu bayi. Sampai masuk sekolah nggak lengkap lagi, karena dia disibukkan dengan single parents mencari nafkah, karena ibu ini punya dua anak,” ujar Prima dalam diskusi Sukseskan Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI) di Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Dari dua anak tersebut, anak kedua — sang adik laki-laki — jatuh sakit dengan gejala demam seperti flu biasa. Sang ibu kemudian membawanya berobat dan rumah sakit menganggapnya flu biasa, sehingga hanya diberi obat sesuai penanganan flu pada anak.
Perlu diketahui, difteri merupakan penyakit menular yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan. Gejalanya memang sering menyerupai influenza, bahkan bisa tidak bergejala padahal berpotensi mengancam nyawa.
Nahas, bukannya sembuh, anak tersebut justru mengalami sesak napas hingga harus dilarikan ke unit gawat darurat (UGD). Dari situ baru diketahui bahwa sang anak terserang difteri.
Kondisinya tergolong berat hingga harus menjalani trakeostomi yaitu pembuatan lubang di batang tenggorokan sebagai alat bantu pernapasan dan dirawat di unit perawatan intensif (ICU).
"Nggak sembuh, dia bawa anaknya itu sudah mulai sesak, dia bawa ke rumah sakit ternyata difteri dan anak ini langsung masuk ICU dan gawat ditrecktomi, dikasih ADS (serum antidifteri) waktu itu ada, tapi nggak kekejar, singkat cerita anak meninggal dunia," cerita Prima.
Baca Juga: Benarkah Vaksinasi Campak Bisa Picu Kecacatan Anak? Ini Penjelasan Dokter
Di tahap ini, Prima mengaku sangat emosional. Ia begitu mengingat ketegaran sang ibu yang berasal dari luar Pulau Jawa, yang tetap tegar mengabadikan berbagai momen pengobatan anaknya.
Puncak haru terjadi ketika ibu tersebut, dalam kesedihannya, meminta maaf kepada sang buah hati karena terlalu larut dalam perasaan ditinggal suami hingga mengabaikan imunisasi penting bagi anaknya.
"Dan pesan terakhirnya adalah, saya salah, saya minta maaf untuk anaknya ini kalau nanti kamu tanya kenapa ibu sampai ignore tidak melengkapi imunisasi kamu," ungkap Prima menceritakan kisah yang ia simak.
"Saya terlalu mementingkan diri saya sendiri, mencari-cari kesalahan kenapa suami saya meninggalkan saya sendiri, kenapa saya begini, saya begitu sampai lupa tanggung jawab saya," sambungnya.
Sang ibu kemudian mengungkapkan penyesalan mendalam, karena penyakit yang diderita anaknya seharusnya bisa dicegah. Terlebih, pemerintah sudah menyediakan program imunisasi DT secara cuma-cuma. Ironisnya, kakak dari anak tersebut juga ikut tertular penyakit yang sama.
"Padahal kamu tidak perlu sampai meninggal dunia, karena penyakitmu ini harusnya nggak kamu derita sudah ada ada imunisasinya," lanjut Prima.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan