- Indonesia menargetkan nol kematian akibat dengue 2030 lewat sistem kesehatan yang lebih prediktif dan kolaboratif.
- Kasus masih tinggi, beban ekonomi besar, dan anak-anak paling rentan.
- Pemerintah, BPJS, dan Takeda perkuat pencegahan lewat 3M Plus dan imunisasi.
Dengue di Kalangan Anak dan Dewasa
Menurut Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), lebih dari separuh kematian akibat dengue masih terjadi pada anak usia 5–14 tahun.
“Hari keempat dan kelima demam adalah fase kritis. Banyak orang tua mengira anak sembuh karena suhu turun, padahal saat itu risiko syok meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, KAI, dari PAPDI, mengingatkan bahwa dengue juga semakin berisiko pada orang dewasa dengan penyakit penyerta.
“Pasien dengan gangguan ginjal kronis bisa tujuh kali lebih berat, sedangkan hipertensi dan diabetes meningkatkan risiko hingga lima kali lipat,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya imunisasi dewasa sebagai bagian dari strategi pencegahan yang komprehensi.
Kolaborasi untuk Masa Depan
Pelaksana Harian Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosephine, MKM, menegaskan bahwa pemerintah terus memperkuat surveilans, pengendalian vektor, dan edukasi publik sesuai Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021–2025.
“Kemajuan yang sudah dicapai menunjukkan komitmen kuat, tapi pekerjaan belum selesai. Untuk mencapai nol kematian, dibutuhkan kolaborasi berkelanjutan di semua sektor, dari akademisi hingga swasta,” ujarnya.
Baca Juga: Setahun Tanpa Benny Laos: Ungkapan Rindu Mendalam Sherly Tjoanda Bikin Haru
Senada dengan itu, Derek Wallace, President, Global Vaccine Business Unit Takeda, menambahkan, Indonesia berhasil menekan laju kasus dengue di tengah tren global yang meningkat.
"Tapi mempertahankan momentum ini memerlukan kolaborasi lintas sektor dan penguatan pencegahan melalui edukasi dan vaksinasi,” ujar dia.
Dengue bukan hanya urusan dokter atau pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Dari rumah tangga hingga kebijakan negara, perubahan menuju sistem yang prediktif dan berbasis sains adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia Bebas Kematian Akibat Dengue 2030.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat