- Kasus rahim copot sangat langka, namun bisa terjadi akibat persalinan tidak aman, seperti ditangani dukun beranak yang menarik plasenta secara paksa.
- Faktor risiko meliputi jaringan rahim yang lunak karena hormon kehamilan, kurang nutrisi, anemia, serta penanganan persalinan yang tidak sesuai medis.
- Pentingnya perencanaan kehamilan dan tempat bersalin aman, agar ibu dan bayi selamat serta terhindar dari komplikasi serius.
Suara.com - Fenomena kasus rahim copot setelah melahirkan menggunakan tenaga paraji atau dukun beranak dibenarkan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, hanya saja kasusnya sangat langka dan jarang terjadi.
Fakta ini diungkap Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.OG, yang ikut menanggapi kasus rahim copot setelah dibahas Dokter Gia Pratama dalam podcast Raditya Dika.
Menurut dr. Yeni fenomena rahim copot yang terjadi pada 2010 di RSUD Garut, Jawa Barat ini merupakan cerminan tingginya angka kematian ibu saat melahirkan di Indonesia karena bersalin di tempat yang kurang aman.
Seharusnya kata dr. Yeni, calon pasangan suami istri bukan hanya mempersiapkan pernikahan tapi juga mempersiapkan kehamilan, termasuk mencari tahu di mana proses persalinan aman akan dilakukan.
"Kalau di Indonesia sekarang banyak banget orang merencanakan pernikahan. Tapi kehamilannya sendiri nggak pernah direncanakan sama dia gitu ya. Nah, bagaimana kita bisa hamil dan melahirkan secara sehat," ujar dr. Yeni saat menghadiri acara peluncuran buku "The Beauty Being an Entrepreneur" karya President Director PT Regenesis Indonesia, Ir. Emmy Noviawati di Jakarta.
Dokter obgyn yang kini mendalami bidang female sexual dysfunction ini juga mengingatkan pentingnya memikirkan, bukan hanya bayi terlahir selamat tapi juga sang ibu yang melahirkan bisa segera pulih tanpa komplikasi serius.
Sehingga fenomena rahim copot setelah melahirkan dari dukun beranak ini cerminan dari metode bersalin yang tidak baik.
Termasuk dukun beranak disebut tidak bisa menangani plasenta akreta yaitu plasenta atau ari-ari menempel terlalu kuat di rahim.
"Nah, di sini kemungkinan besar sepertinya waktu itu tidak dilahirkan oleh seorang dokter tapi oleh dukun beranak. Dan masalahnya kemungkinan besar adalah usaha dari dia untuk melahirkan placenta atau ari-arinya. Jadi ditarik terus sampai dengan jebol jadinya," ujar dr. Yeni.
Baca Juga: 5 Kandungan Skincare yang Harus Dihindari Ibu Hamil, Nggak Aman untuk Janin
Dokter yang juga pemilik klinik Health 360 itu mengakui jika rahim memiliki beberapa penggantung di tubuh yang membuatnya kuat.
Hanya saja penggantung-penggantung ini bisa lepas atau sengaja dicopot karena tindakan medis, atau struktur jaringan yang lunak lalu ditarik menggunakan kekuatan yang luar biasa.
"Jadi ada penggantung (rahim) di depan, ada yang di samping, ada yang di belakang. Nah, itu bisa aja copot. Kan kalau kita misalnya operasi angkat rahim ya bisa kita copotin. Nah, ini dicopot secara paksa gitu ya. Karena ditarik dengan kemampuan yang cukup kuat," ungkap dr. Yeni.
Ia menambahkan ada beberapa kondisi ibu hamil yang dinilai bisa berbahaya untuk dirinya dan janin di kandungan, termasuk saat nutrisi selama proses kehamilan kurang tercukupi yang akhirnya berisiko membuat jaringan jadi lebih lunak.
Bahkan kondisi seperti kekurangan sel darah merah atau anemia yang tidak terkontrol bisa secara tidak langsung "mengancam" nyawa sang ibu.
"Sedangkan kita tahu pada ibu hamil itu memiliki kadar estrogen progesteron yang tinggi. Dimana semua jaringannya jadi lunak banget. Jadi gampang banget copotnya. Gampang perdarahan, rapuh, apalagi dengan ibu yang misalnya anemia," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya