Suara.com - Demam game Pokemon Go juga menyasar kepada sastrawan Indonesia sekelas Taufik Ismail. Dia menjadikan game ini sebagai bahan puisinya yang dibacakannya dalam acara Gerakan Kebaikan Keluarga Indonesia, di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (23/7/2016).
Isi puisi tersebut berkisah tentang seorang anak yang mengenal Taufik lalu menanyakan kepadanya apakah manusia itu hidup mengejar waktu atau waktu yang mengejar manusia. Pertanyaan tersebut menggugah maestro penyair tersebut hingga mengabadikannya dalam sebuah karya sastra.
Pada pertemuan kedua kalinya ketika sang anak tumbuh dewasa, percakapan antara Taufik dan pemuda itupun kembali terjadi. Hingga sebuah pertanyaan muncul tentang apa perbedaan antara kehidupan zaman dulu dengan zaman sekarang.
Melalui puisinya Taufik menjawab dengan makna yang mengandung unsur kritik sosial.
"Di zaman dulu ketika belum ada korupsi, belum ada kekerasan terhadap perempuan, belum ada potongan 10 persen, belum ada tawuran, belum ada dana fiktif, belum ada beramai-ramai menghabiskan anggaran akhir tahun, belum ada potongan 20 persen, belum ada yang namanya tawuran, belum ada yang namanya Pokemon Go," kata Taufik.
Zaman dahulu, lanjut Taufik yang ada hanya keikhlasan dan kesederhanaan, Model-model Indonesia dahulu digerakkan kebaikan, keikhlasan yang dapat membawa kebahagiaan.
"Kita dulu hidup dalam kebikhlasan dan kesederhanaan," katanya.
Ketika ditanya alasan memasukan Pokemon dalam bait puisinya, Taufik beralasan bahwa Pokemon Go adalah fenomena yang terjadi di masa sekarang.
"Puisi saya ini membandingkan masa dulu dan masa sekarang. Dulu itu seperti apa, dan Pokemon Go ini adalah produk masa sekarang," katanya.
Demam Pokemon Go melanda Indonesia, meskipun permainan ini belum resmi diluncurkan tapi sudah banyak yang sibuk dengan telepon pintarnya. Game berbasis augmented reality menjadi menarik karena pemainnya dapat terpacu untuk menangkap tokoh Poket Monsters (Pokemon) yang lokasinya disesuaikan dengan dunia nyata.
Banyak pemberitaan yang menyebutkan ketika pemainnya terpaku dengan gawainya, kesadaran akan sekeliling seakan hilang. Hal ini mengandung resiko entah bertabrakan, menerobos properti orang lain, bahkan melanggar wilayah yang dinilai sebagai tempat suci, sakral dan juga tempat yang pusat keamanan tinggi.
Taufik membacakan tiga puisi yang berkisah tentang Keluarga Indonesia. Puisi pertama tentang bagaimana seorang anak menghormati ibunya, yang telah melahirkannya dan membersarkannya. Bagaimana sehendaknya seorang anak memuliakan orang tuanya di hari ulang tahunnya.
Menurut Taufik, Gerakan Kebaikan Keluarga Indonesia yang diusung GiGa harus didukung. Kegiatan tersebut merupakan gerakan hebat dalam mengembalikan keluarga Indonesia menjadi keluarga yang penuh kebaikan dan kesederhanaan.
"GiGa melakukan kegiatan yang hebat, kita harus dukung. Untuk bisa kembali hidup dalam kebaikan dan kesederhanaan, kuncinya tetaatan kepada Agama," katanya.
Berikut puisi pertama yang dibacakan Taufik Ismail dalam Gerakan Kebaikan Keluarga Indonesia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Rahasia Kreasi Kopi Kekinian: Coconut Milk, Bahan Lokal yang Mengguncang Industri Minuman!
-
Tren Fesyen Wanita Karier 2025: Ini 5 Item Wajib Ada di Lemari
-
Eye Cream atau Moisturizer Dulu? Ini Urutannya untuk Skincare Malam
-
Berapa Biaya Sekolah di Orchid Park Secondary School seperti Gibran? Segini Kisarannya
-
8 Fakta Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco, Ini Potret Intimate Wedding Mereka
-
Alasan Kakek Nenek Prabowo Subianto Dimakamkan di Belanda
-
Kurikulum Internasional dan Regulasi Nasional: Formula Baru Pendidikan Masa Depan
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Wacana akan Jadi Ibukota Politik, Mengapa IKN Dibangun di Kalimantan Timur?
-
Siapa Ayah Prabowo Subianto? Silsilahnya Disorot usai Sang Presiden Ziarah Makam di Belanda