Suara.com - Nurul Taufiqu Rochman. Di Indonesia mungkin namanya tak setenar para artis atau pejabat yang sering menghiasi layar kaca, tapi kita perlu berbangga memiliki peneliti seperti dirinya.
Ya, lelaki yang mendapatkan gelar S1, S2 dan S3 dari Kagoshima University, Jepang ini, memegang 18 hak paten atas riset nano-nya di bawah perusahaan yang didirikannya bernama Nanotech Indonesia.
Informasi mengenai teknologi nano sendiri masih terbilang awam di Indonesia. Padahal, menurut dia, di dunia, teknologi nano sudah jamak digunakan industri cat, obat-obatan hingga kosmetik.
Di Indonesia, Nurul menjadi inisiator pertama yang mengaplikasikan teknologi nano, dan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dengan industri swasta yang tertarik menggunakan temuannya dalam proses produksi.
Dengan jumlah peneliti yang terbilang tak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia, kira-kira apa suka duka yang dialaminya sebagai peneliti di negeri sendiri?
"Sukanya menjadi peneliti di Indonesia itu ya karena peluangnya besar. Saingan kita sedikit, karena memang jumlah peneliti di Indonesia masih belum sebanding dengan populasi, sehingga banyak yang bisa kita garap," bebernya pada temu media 'Kalbe Junior Scientist Award 2017' di Jakarta, belum lama ini.
Belum lagi kebebasan yang diberikan pemerintah pada peneliti di Indonesia yang membuatnya bisa bebas berkarya sesuai dengan ranah yang diminatinya.
"Saya tinggal mencari industrinya, saya diskusi langsung dan ketika mereka terima, langsung jadi. Karena saingan peneliti masih sedikit. Yang penting kesiapan kita, kalau kita siap, kita bagus kesempatan pasti datang," tambah Nurul.
Namun sayangnya, di balik kenikmatan yang dirasakannya sebagai peneliti, ada beberapa tantangan yang harus dihadapinya. Salah satunya mengenai dukungan pemerintah dalam hal anggaran riset yang angkanya baru mencapai 0.2 persen.
"Idealnya 100 kali lipat dari itu. Setidaknya dengan dana yang besar maka probabilitas yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat jauh lebih besar. Jadi, memang segi pembiayaan masih tidak mendukung," jelasnya.
Beranjak dari kondisi tersebut, ke depannya Nurul berharap pemerintah dapat menaikkan anggaran riset agar para peneliti Indonesia dapat berkarya lebih maksimal demi kesejahteraan masyarak Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Siswi SMA Cetak Prestasi Nasional Lewat Riset Biolarvasida dari Limbah Dapur
-
Finansial Serba Digital: Praktis Buat Urban, Tantangan Buat Indonesia
-
Skin Booster Bakal Jadi Tren Perawatan Kulit Natural yang Paling Dicari
-
5 Ide Kado Hari Guru Nasional 2025, Sederhana tapi Berkesan
-
5 Cushion yang Bagus untuk Usia 40-an, Garis Halus dan Flek Hitam Tersamarkan
-
5 Cushion dengan SPF 50 untuk Aktivitas Outdoor, Lindungi dari Sinar UV
-
Program Penanaman 1.000 Pohon Gaharu Dorong Ekosistem Industri Berbasis Keberlanjutan
-
7 Rekomendasi Serum Retinol untuk Usia 50 Tahun, Samarkan Tanda Penuaan
-
7 Sunscreen untuk Flek Hitam Usia 70 Tahun ke Atas, Rawat Kulit Tipis
-
Bukan Hanya Tren: Indonesia Pimpin Gerakan 'Slow Fashion' Global di BRICS+ Fashion Summit Moskow