Suara.com - Sebuah laporan dari Dewan Nuffield tentang Bioetika mengungkapkan, perusahaan pembedahan kosmetik mengeksploitasi remaja dan juga membahayakan mereka dengan prosedur bedah plastik yang berbahaya dan belum teruji.
Mereka yakin, remaja harus dilarang menerima metode kecantikan seperti filler bibir, implan Botox dan pipi, dan memperingatkan tentang adanya kekhawatiran serius tentang etika industri kosmetik yang sedang tumbuh.
Mereka mengatakan, anak-anak berusia delapan dan sembilan tahun telah didorong untuk menjalani operasi plastik berkat permainan online yang mensimulasikan prosedur bedah plastik termasuk aplikasi mobile seperti Plastic Surgery Princess.
Para penulis terkejut dengan penyelidikan yang pernah Dailymail buat pada bulan Maret, yang mengungkapkan para ahli kecantikan amatir tanpa pelatihan medis telah menawarkan metode filler bibir kepada anak-anak sekolah hanya dengan harga 59 poundsterling.
"Artikel Mail baru-baru ini di mana mereka menyelidiki perawatan pengisi (filler) yang tidak diatur danditawarkan kepada gadis muda oleh praktisi yang tidak memenuhi syarat adalah contoh bagus dari apa yang kita khawatirkan,"kata Hugh Whittall, direktur Dewan Nuffield.
Penyelidikan tersebut mengungkapkan jika para ahli kecantikan banyak mengiklankan prosedur kosmetik di media sosial dan membuat sedikit pemeriksaan mengenai usia klien mereka.
Laporan Nuffield setebal 192 halaman meminta batasan usia dan perizinan yang ketat mengenai metode bedah plastik. Profesor Jeanette Edwards, dari University of Manchester, yang memimpin penyelidikan Nuffield, mengatakan, sebagian besar industri tidak teratur dan telah mengeksploitasi orang termasuk anak-anak dengan mempromosikan produk dan prosedur yang belum teruji dan belum terbukti.
"Kami memerlukan peraturan yang lebih baik mengenai kualitas dan keamanan prosedur ini, orang-orang yang melaksanakannya, dan di mana mereka dilaksanakan. Usia di bawah 18 tidak seharusnya bisa menjalani prosedur kosmetik. Ada batas usia legal untuk memiliki tato atau menggunakan sunbeds. Prosedur kosmetik invasif harus diatur dengan cara yang sama," ungkapnya.
Marc Pacifico, juru bicara dan konsultan ahli bedah plastik di Tunbridge Wells, Kent, mengatakan bahwa pemerintah harus menerapkan peraturan atau pedoman medis dan memberlakukan hukuman bagi perusahaan yang tidak mematuhi peraturan tersebut. (Dailymail)
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 5 Rekomendasi Bedak Cushion Anti Longsor Buat Tutupi Flek Hitam, Cocok Untuk Acara Seharian
- 10 Sepatu Jalan Kaki Terbaik dan Nyaman dari Brand Lokal hingga Luar Negeri
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
Pilihan
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
Terkini
-
10 Rekomendasi Film Hari Pahlawan dan Link Nontonnya, Banyak di Netflix
-
Promo Superindo Hari Ini 9 November 2025: Hujan Diskon Ice Cream hingga Minyak Goreng
-
Kronologi Erspo Minta Maaf Diduga Buntut Jadikan Azizah Salsha Muse di JFW 2026
-
10 Kampus Terbaik di Jawa Barat Versi QS World University Rankings Asia 2026
-
10 Rekomendasi Bunga Terbaik untuk Ziarah Makam Pahlawan 10 November
-
10 Sunscreen Lokal Terbaik yang Ringan untuk Upacara Hari Pahlawan
-
Celana Ketinggalan Zaman yang Mengalahkan Legging, Kembali Bergaya!
-
5 Eyeshadow Palette di Bawah Rp100.000 Selain Pinkflash, Terdaftar BPOM
-
6 Shio Paling Beruntung Hari Ini 9 November 2025, Siapa Saja yang Hoki?
-
5 Zodiak dengan Ramalan Terbaik 9 November, Apa Keberuntungan Kamu?