Suara.com - Kabupaten Sikka yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur bukanlah nama baru dalam peta wisata selam dalam negeri. Sejak 1970-an, Sikka sudah menjadi primadona dalam jejeran destinasi wisata bawah laut terbaik di Indonesia.
Hingga akhirnya gempa dan tsunami 1992 merusak sebagian wilayah laut dan menghancurkan terumbu karang yang ada di perairan Sikka.
Setelah 25 tahun berlalu, Sikka bangkit dan berbenah. Alam bawah lautnya kembali cantik dan menjanjikan keindahan bagi para pelancong.
Kecantikan perairan Sikka juga telah didokumentasikan dalam sebuah buku bertajuk Sikka Underwater 2017. Ini merupakan buku keempat mengenai alam bawah laut perairan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang sebelumnya hadir dalam edisi Alor, Lembata, dan Flores Timur.
"Sudah ada beberapa kali para penyelam melakukan foto di bawah laut (NTT). Keindahannya berbeda-beda, tergantung ekosistem di bawah (laut) itu sendiri dan itulah kekayaan di NTT," kata Kadis Pariwisata Nusa Tengga Timur, Marius Ardi Djelamu dalam acara peluncuran buku Sikka Underwater 2017 di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis, (21/12/2017).
Buku dengan tebal 126 halaman tersebut menampilkan puluhan foto-foto bawah laut Sikka, adat-istiadat setempat, kain tradisional, hingga pemandangan senja di tepi pantai Maumere.
Total, ada 11 kontributor yang terdiri dari pelancong dan fotografer yang terlibat dalam pembuatan buku Sikka Underwater. Nama-nama besar tersebut adalah Arbain Rambey, Gemala Hanafiah, Trinity, hingga tiga kontributor berkewarganegaraan asing yaitu Yuriko Chikuyama dari Jepang, Justin dari Amerika Serikat dan Neyuma dari Spanyol.
Pengambilan foto sendiri dilakukan di berbagai titik penyelaman seperti Pulau Babi, Tanjung Darat, dan Pesisir Pantai Maumere. "NTT punya dua spot besar (menyelam) yaitu Alor sebagai diving terpopuler dan sekarang diperkuat Teluk Maumere," tambah Marius.
Beberapa destinasi populer di sekitar Maumere misalnya, adalah Gunung Kelimutu yang terkenal dengan Danau Tiga Warna di Ende, maupun Pulau Komodo juga Wae Rebo.
Buku berkonsep coffe table book ini telah dicetak sebanyak 560 eksemplar dan akan disebarkan ke gedung-gedung kementerian, kedutaan besar, hingga tokoh-tokoh besar Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
Terkini
-
Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
-
Cerita Donita Sembuh dari Kista, Ini Deretan Manfaat Air Zamzam bagi Kesehatan
-
Daftar Kandungan Skincare yang Aman untuk Ibu Hamil, Cek sebelum Pakai!
-
Rekrutmen PLN 2025 Kapan Dibuka? Cek Posisi yang Tersedia dan Syarat Lengkapnya
-
Bahlil Duduk di Kursi Ketua Dewan Pembina, Apa Itu Organisasi Pemuda Masjid Dunia?
-
Sunscreen Daviena Apakah Bikin Jerawatan? Intip Kandungan dan Harga Aslinya
-
Besok Hari Kesaktian Pancasila, Anak Sekolah Libur atau Tidak?
-
Media Luar Negeri Ikutan Heboh: Ini 7 Fakta Robohnya Gedung Pondok Pesantren Al Khoziny
-
6 Daftar Profesi yang Diragukan Publik, Politisi Urutan Teratas?
-
Berapa Total Uang Pensiun Sri Mulyani sebagai Mantan Menteri Keuangan?